News

Adu Kreasi Yang Mengagumkan

Wednesday, 10 Nov 2010

by JFW

Koleksi para desainer yang tergabung dalam Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) kali ini sungguh membawa rasa bangga akan kecantikan dan kekayaan tradisi dan budaya Indonesia. Dalam  show sekuel pertama yang berlangsung di Fashion Tent Jakarta Fashion Week 2010/2011, 10 November para perancang APPMI tersebut unjuk gigi memamerkan kreativitas mereka.

Melia Wijaya menghadirkan tema “Striking Structures and Deconstruction”, dengan mengusung  bentuk-bentuk dekonstruksi pada pinggang dan bahu, dengan penambahan aksen metalik yang modern. Sementara Ledie Suwandie mengangkat eksotisme budaya Jawa dan Sumatera lewat penggunaan teknik songket (tenun menggunakan benang emas) dalam pembentukan batik, dengan aksen lempeng-lempeng besi yang mewah pada kain.
Ninik Darmawan menunjukkan keprihatinannya akan ketidakpedulian manusia pada lingkungan -yang akhirnya menyebabkan rusaknya ekosistem- lewat permainan warna kelabu dan aksesori yang bold. Menarik perhatian dengan masker penutup mulut bertabur kristal dan aksen tumpuk pada setiap karyanya, Ninik seolah  menyampaikan  ‘teguran’ yang dibalut kemewahan.

Dewi Syifa menghadirkan koleksi manis yang dinamis lewat gaun-gaun berbahan ringan melayang yang mengembang cantik. Hasil perpaduan batik motif lurik dalam warna-warna elegan seperti merah maroon, biru gelap, dan hijau terang, membuat Anda jatuh cinta lagi pada motif batik yang sederhana namun menawan.

Ian Adrian dengan “Rhapsody in Kutai”, menghadirkan nuansa ceria dari Kutai yang kaya warna. Koleksi bolero berwarna emas dengan teknik eyelet yang menarik perhatian, gaun panjang berbahan see through, dan rok-rok unik benar-benar memanjakan mata. Disusul Afif Syakur dengan koleksi “Fascinate Square” yang menghadirkan batik kraton bermotif tambal dari Yogyakarta dalam nuansa warna pastel hijau, biru, dan pink yang semanis macaroon. Aneka koleksi gaun dari sutra sifon melayang juga akan menghadirkan senyum di bibir para penikmat mode.

Sebagai penutup, Defrico Audy mengajak penonton mengintip “Tribal Trouble”. Aneka koleksi dress dan busana two pieces berbahan velvet yang mewah berpadu dengan kain tradisional Karang Asem Bali dan kain tenun Ende memberikan napas baru dalam gaya etnik. Aksesori kepala, gelang tumpuk, dan taburan payet mengingatkan kita akan gaya busana para raja dan bangsawan Bali. Show yang sangat menghibur sekaligus  fenomenaI.
(Irina Marwan)