News

Segenggam Dunia BYO dalam Ciptaan Tas

Wednesday, 24 Nov 2021

by JFW

Tommy Ambiyo terobsesi dengan cerita-cerita fiksi ilmiah. Secinta itu hingga percakapan kami tentang keikutsertaannya di panggung Dewi Fashion Knights 2021 disela ulasan singkat film Dune (2021) yang baru dirilis pertengahan Oktober lalu. 

“Habis nonton film itu rasanya saya mau rombak lagi koleksinya, hahaha,” kata Tommy. Kemudian ia bercerita bagaimana cerita Dune, novel karangan Frank Herbert yang sebelumnya pernah diadaptasi David Lynch pada 1984, adalah pemicu yang membuatnya mencintai fiksi ilmiah.

Hal itu terutama karena bagaimana semesta yang dibangun penulisnya turut membentuk hal-hal yang muncul dalam cerita, termasuk perihal kostum. “Kamu bisa lihat antara baju para biarawati [Benne Geserit] itu khas dan kenapa gaya busana para suku asli [Fremen] dirancang sedemikian rupa.”

Konsep world building dalam fiksi ilmiah kemudian menjadi satu hal yang kemudian dipegang Tommy saat tengah merancang koleksi-koleksinya. “Dunia fiksi ilmiah itu tidak terikat pada tren atau situasi di dunia nyata, tapi fokus pada semestanya. Kira-kira busana seperti apa yang ada di dunia seperti itu,” jelasnya.

Maka begitulah prosesnya dalam merancang sebuah koleksi. Dunia BYO di kepala Tommy selalu berubah untuk setiap koleksi, tetapi satu yang pasti dunia yang ia ciptakan berada di masa yang akan datang. Maka kesan futuristik adalah hal yang utama dan terutama baginya untuk diwujudkan.

Dari visi itu ia lantas melakukan berbagai eksperimen untuk memanifestasikannya. Sampai kemudian ia melihat yang krusial untuk menciptakan efek futuristik di kepalanya adalah pemilihan material. “Saya menemukan teknik modular, pola geometris, dan bahan PVC adalah kombinasi yang pas untuk memberikan efek sci-fi yang saya cari,” ujarnya.


Menghadirkan “Masa Depan” dengan Teknik Tradisional

Yang menarik dari koleksi-koleksi BYO adalah bagaimana ia menghadirkan “masa depan” lewat eksplorasi teknik tradisional: anyaman. “[Awalnya] Saya mau mencari cara bagaimana proses menganyam yang sudah mengakar di budaya Indonesia ini terlihat baru,” jelas BYO tentang mulanya mengeksplorasi teknik anyam.

Selain itu, ia juga melihat teknik anyam adalah sesuatu yang sudah familier bagi banyak orang. Sehingga lebih mudah baginya ketika mencari tenaga kerja untuk membantunya mengerjakan koleksi-koleksi hasil rancangannya. 

Tommy kemudian menyebut teknik anyam yang ia eksplorasi sebagai ‘modular’. Sejak 2014 hingga hari ini sudah ada empat sistem modular yang ia ciptakan: Alchemy, Kawung, Hex Machina, dan Allegro. Masing-masing mengeksplorasi rangkaian bentuk-bentuk geometris hingga menghasilkan rancangan yang unik nan futuristis.

Evolusi Visi untuk Menunda Distopia

Salah satu yang menjadi identitas desain BYO adalah material PVC yang konsisten digunakan Tommy untuk menghadirkan efek futuristis. Tommy secara pribadi sama sekali tidak menyetujui penggunaan plastik sekali pakai. Ia pun paham betul bahwa material PVC yang ia gunakan sulit terdegradasi.

“Tapi setidaknya produk [BYO] akan tahan lama dan dapat digunakan turun-temurun,” jelasnya. Apalagi mengingat di awal perjalanannya bersama BYO, ia sempat menggunakan bahan tyvek yang teksturnya akan berubah dan terdegradasi seiring waktu. Pilihan itu justru tak mendapat sambutan baik dari publik karena produknya dianggap tak awet.

Ia juga menjelaskan bagaimana penggunaan PVC oleh BYO dijaga tetap bertanggung jawab. Mulai dari penyimpanan bahan sisa untuk koleksi selanjutnya, pun dengan menggunakan sisa-sisa plastik yang selama ini sudah berlimpah.

Namun, lebih dari itu BYO juga kini berencana untuk bergerak maju untuk menunda distopia yang mungkin terjadi karena krisis iklim. “Tahun ini saya kepikiran sistem modular [kami] harus move forward dan tidak selamanya kita harus menggunakan plastik,” tegasnya.

Tahun ini ia mulai mengeksplorasi material sisa berupa potongan kulit perca dari produksi tas, sepatu, dan jaket kulit. “Sisa produksi itu saya perhatikan kurang lebih 30% dan sisa potongannya terlalu kecil untuk dijadikan tas konvensional… Yang kami lakukan adalah memotongnya menjadi bagian-bagian kecil dan dapat kita sambung lagi dari seluruh sisa produksi itu dapat menghasilkan produk baru.” 

Ia kemudian lanjut menjelaskan ini adalah tahap logis selanjutnya bagi Byo. Hasil elaborasi ini ia tuangkan dalam lini baru Byo yang akan dirilis perdana di panggung Dewi Fashion Knights 2021. Nantikan persembahan koleksi Byo di panggung Dewi Fashion Knights di Jakarta Fashion Week 2022!