‘Nusantara’ oleh Dewi Fashion Knights: Tafsir Ulang Warisan dalam Renaisans Mode Indonesia
Setiap tahunnya, di penghujung pergelaran Jakarta Fashion Week, Dewi Fashion Knights melahirkan peragaan terpenting, sebuah perayaan akan puncak pencapaian mode tanah air yang dibawakan oleh kesatria mode nobatannya. Di Jakarta Fashion Week 2026, Dewi Fashion Knights mengusung sebuah narasi yang tergerak dari berkembangnya denyut mode di kawasan ASEAN, fenomena yang memantik pertanyaan penting, “Apa sumbangsih identitas mode Indonesia di tengah arus global?”
Menjawab kegelisahan tersebut, Dewi Fashion Knights merangkai sebuah presentase mode reflektif bertajuk ‘Nusantara’. Di pergelaran ini, mode berdialog tentang bagaimana identitas dapat dirayakan, ditafsirkan ulang, dan dibawa ke masa depan melalui keindahan yang berakar pada budaya dan DNA luhur Nusantara.
Di malam pertama Dewi Fashion Knights pada 1 November 2025, tiga nama besar dari ranah adi busana tanah air dihadirkan sebagai para kesatria mode. Jenama Tangan Privé, KRATON Auguste Soesastro, dan TOTON, masing-masing menafsirkan Nusantara melalui bahasa estetika dan sudut pandang naratif yang distingtif dan personal.

Tafsir Keanggunan dari Wastra Adiluhung
Membuka pergelaran, Tangan Privé menghadirkan 18 tampilan yang melintas lincah diiringi alunan megah surf-rock bernuansa etnik dari The Panturas, membawa suasana pesisir yang magis ke runway . Warna-warna dingin mengalun lembut dalam siluet sleek dan minimalis, sebuah manifestasi kematangan jenama pada usianya yang ke-10 ini.

Mengusung adiluhung wastra Indonesia lewat garis rancang terinspirasi busana Nusantara, rumah mode yang dimotori oleh visi kreatif Zico Halim dan Margaretha Novi ini menggabungkan elemen tenun, bordir tangan, dan sentuhan songket perak dalam kemasan kontemporer yang nyaris arsitektural. Bridal corset hadir berlapis renda, dan coat satin merah berlapis tenun menjadi bahasa baru antara kemewahan yang tidak berisik, menciptakan siluet-siluet yang beresonansi dengan kehidupan modern yang diselingi oleh sentuhan tradisi.
Jejak Akulturasi dan Pertemuan Budaya
Dari pesisir, audiens dibawa oleh KRATON Auguste Soesastro dalam perjalanan lintas waktu melalui proyeksi visual pelabuhan Sumatra kuno, sebuah lanskap visual pembuka koleksi bertajuk ‘Made in the World’. Melalui KRATON, desainer Auguste Soesastro menelaah pitarah Nusantara dan mengejanya melalui esensi seni modern, menggabungkan songket Sumatra, jacquard India, dan brokat Jepang dalam potongan busana yang berani dan clean pada saat yang bersamaan.

“Identitas KRATON adalah mereduksi dan membedah pakaian Indonesia tanpa wastra, tapi kali ini saya ingin menunjukkan bagaimana tradisi bisa bertransformasi,” ujar Auguste. Dominasi warna merah dan emas berpadu dengan imperial collars khas kraton, menghadirkan kesan kosmopolitan yang tetap mengakar pada peradaban Nusantara. Melalui koleksi kali ini, Auguste menjalankan eksplorasi kreatif di mana wastra direduksi dalam garis-garis etimologi, menghadirkan karya yang mencerminkan kecintaan yang dalam terhadap tradisi dan bentangan sejarah.
Dekonstruksi Tradisi dalam Gelora Kontemporer
Menutup malam, TOTON memilih menantang gagasan. “Saya ingin men-challenge gagasan akan wastra itu sendiri,” ujar Toton Januar dalam konferensi pers sebelum pergelaran. Koleksinya yang bertema ‘Regang’, tampil sebagai bentuk paling artistik di antara yang lain: bertabur bordir emas, draping dramatis, layering, serta ornamen berbentuk pecahan keramik pada korset, koleksinya merupakan hasil tangan dengan craftmanship penuh presisi.

Berpijak pada ciri khasnya, TOTON mendekonstruksi tradisi berpakaian Nusantara, membangunnya kembali dalam gelora kriya kontemporer. Terinspirasi dari cara berpakaian perempuan Aceh dan mimpi akan swarnadwipa (Pulau Emas), ia mengurai elemen kebaya panjang dan baju kurung menjadi bentuk baru yang memadukan tailoring dengan sensibilitas modern, sebuah ode bagi karakter perempuan Indonesia yang tegas dan kuat tapi tetap lembut di saat yang bersamaan.
Di penghujung malam yang gemerlap tersebut, Dewi Fashion Knights tidak hanya menampilkan busana, tetapi juga merayakan dialog antara masa lalu dan masa depan. Dari wastra yang direinterpretasi, tradisi yang didekonstruksi, hingga warisan yang dikontekstualisasi kembali, ketiganya menghadirkan pesan yang sama: bahwa mode Indonesia adalah kisah yang terus ditulis ulang oleh tangan-tangan mahir ksatria mode Indonesia untuk dinikmati oleh luas panggung dunia.
Dapatkan info terkini seputar pergelaran Jakarta Fashion Week 2026 di situs ini, juga bisa klik media sosial resmi Jakarta Fashion Week berikut ini: Instagram, Facebook, TikTok, Twitter, dan Pinterest. (JFW)
Leave a Reply