News

Geliat Mode Ramah Lingkungan Di Thailand

Thursday, 18 Apr 2019

by Zea Zabrizkie

Masalah daya dukung lingkungan terus menjadi topik yang hangat di bidang fashion di paruh dekade belakangan ini. Semakin banyak merek internasional mau pun lokal yang menunjukkan perhatiannya. Dari negara tetangga, yaitu Thailand, ada beberapa desain dan inovasi yang dipamerkan di STYLE Bangkok 2019 yang patut mendapatkan sorotan.


Salah satu pemenang Design Excellence Award 2018 (DEMark 2018), yaitu ARTWORK SUMii, mengakali botol plastik untuk menjadi material felt. Felt ini kemudian dibentuk menjadi tas, kebanyakan berbentuk sederhana, namun memiliki corak warna yang menarik dengan tekstur yang mirip dengan felt dari wol, namun lebih tajam.

Dewan juri DEMark sendiri tidak hanya terdiri atas Department of International Trade Promotion (DITP), namun juga Japan External Trade Organization (JETRO) dan Japan Institute of Design Promotion (JDP).


Sunadda Norasarn, lulusan King Mongkut's Institute of Technology Ladkrabang, memilih untuk mengolah limbah tekstil sisa produksi pakaian renang. Materi yang diperolehnya dengan bekerjasama bersama beberapa produsen pakaian renang lokal ini dianyam menjadi berbagai tas unik dengan warna-warna cerah.

Noey, sapaannya, memilih nama Mamawell untuk produknya ini. "Saya mengerjakan bisnis ini dengan ibu saya, makanya namanya Mamawell. Produk kami juga bisa ditemukan di IconCraft yang ada di pusat belanja bergengsi, Icon Siam," tutur Noey.


Mengolah materi serat sintetis yang banyak menyebabkan polutan plastik mikro juga menjadi visi dari Nicharee Lee, desainer merek Repleat. Bahan polyester tafetta sisa produksi payung dimanfaatkannya menjadi tas penuh lipit yang cantik.

Pilihan warna yang cukup kontras, antara monokromatis dan pelangi warna solid yang cerah, berpadu dengan desain yang elegan dan bahan yang durable. Tidak heran, merek ini memenangkan The Vogue Fashion Fund 2018.


Thailand juga terkenal dengan industri pengolahan kulitnya, namun sisa material kulit bukanlah limbah yang bisa terurai dalam jangka waktu yang singkat. Menyadari hal ini, Thum dan May membentuk Thais Ecoleathers, produk aksesori yang dibentuk dari limbah kulit.

Limbah yang diproses dengan perekat alami ini menjadi lembaran kulit baru yang kuat dan lebih tahan noda. "Kami pisahkan limbah berdasarkan warnanya, supaya corak yang muncul nantinya tetap harmonis," ungkap Thum.


Lain lagi dengan Filagen, produsen tekstil yang menggabungkan serat selulosa dari tanaman dan kolagen dari sisik ikan bandeng.

Tekstil yang dihasilkan tidak hanya bertekstur lembut, namun juga memberikan perlindungan lebih terhadap cahaya UV, serta memiliki fungsi menahan kelembaban kulit dan menangkal bau.