News

Percikan Avant Garde dalam Lanskap Mode Indonesia

Saturday, 31 Dec 2022

by JFW

Istilah 'avant garde' kerap digunakan dalam konteks pembahasan desain, namun arti tepat dari kata ini mungkin belum luas diketahui. Kata avant garde sendiri berasal dari Bahasa Prancis yang kemudian diserap ke dalam Bahasa Inggris pada awal abad ke-20. Kata ini secara bahasa memiliki arti; sesuatu yang bersifat eksperimental, baru, atau sebuah ide yang dikenalkan. 

Berangkat dari definisinya saja, sudah dapat diduga ke mana arah desain avant garde. Pemahaman terbaru dari istilah ini dalam dunia mode adalah wearable art, atau karya seni yang dapat dipakai sebagai busana, seaneh apapun desainnya. Desain yang dicap sebagai avant garde umumnya memiliki kesan nyeleneh dan tidak biasa.

Menghadirkan unsur avant garde dalam rancangan busana bisa melalui berbagai hal seperti penggunaan bahan-bahan yang tidak umum digunakan untuk pakain, desain yang mematahkan aturan-aturan normatif dibarengi dengan makna atau pesan yang progresif, pilihan aksesori yang nyentrik, hingga menerjemahkan inspirasi dasar ke dalam rancangan baju yang sangat literal. Sederhananya, pakaian-pakaian ini umumnya sangat aneh dan tidak umum sampai tidak bisa dipakai sehari-hari kecuali dalam acara-acara tertentu.

Dalam lanskap mode Indonesia, desainer avant garde terhitung masih langka. Bebeda dengan desainer couture yang lebih berfokus pada craftmanship dan kemewahan, desainer avant garde harus didukung oleh keunikan konsep dan takaran keanehan yang tepat. Kelangkaan ini bukannya tanpa alasan, permintaan busana avant garde di Indonesia pun masih terlampau sedikit dibandingkan negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, atau negara-negara Eropa yang memiliki fashion capital. 

Sebut saja Amerika Serikat. Di sana, kebebasan berekspresi melalui busana jauh lebih besar ketimbang di Indonesia yang relatif masih kuat aturan ketimuran. Secara tahunan, di Amerika Serikat diadakan malam gala terbesar fashion yaitu Met Gala, tempat artis-artis A-listers dan desainer terkurasi hadir berlomba memenangkan atensi publik dengan looks yang tidak hanya cantik namun juga menjadi sebuah gebrakan. Selain dari Met Gala, keseluruhan lanskap dunia hiburan Hollywood juga memiliki demand pakaian konseptual yang tinggi baik untuk film, musik video lagu, hingga konser para bintang. Hal ini membuat desainer bisa lebih bebas mendesain busana avant garde karena adanya pasar yang dapat disasar. 

Lain halnya dengan Indonesia. Malam-malam penganugerahan dan kostum-kostum bagi para selebriti di Indonesia masih didominasi oleh pakaian pesta yang biar pun mewah dan heboh, tidak memiliki faktor X keanehan yang sama dengan desain avant garde. Karena permintaan pasar yang relatif sedikit ini, desain pakaian avant garde tidak maju dengan pesat di Indonesia.

Namun menariknya, tahun ini kita dapat melihat sejumlah desainer membawakan rancangan baju yang bisa dibilang eksperimental dan tidak biasa. Dari segi siluet, konsep, dan presentasi, sejumlah pakaian yang hadir dalam Jakarta Fashion Week 2023 kemarin bisa dibilang tergolong avant garde. 

Harry Halim
Harry Halim, perancang mode asal Indonesia yang merintis karir fashion terlebih dahulu di Prancis, memilih panggung Jakarta Fashion Week sebagai panggung show perdananya di tanah Air. Ia membawa koleksi bertajuk 'The Impossible Love' yang merupakan lanjutan dari koleksi yang ditampilkan di Paris Fashion Week.

Sebagai seorang desainer, Harry Halim memang dikenal dengan gaya khas punk glamour, edgy, dan secara garis besar dapat dikatakan cukup nyeleneh. Salah satu produk ikonik rancangannya adalah sepatu heeled boots dengan ketebalan tinggi sepatu 15-20cm ––secara instan membuat model-model yang berjalan untuknya seperti raksasa-raksasa ramping–– berujung runcing dan dihiasi paku-paku besi. Keunikan karakternya tidak berhenti hanya pada sepatu tinggi dan pilihan makeup dan hairdo yang kental aliran surrealist punk-nya, namun juga pada pembawaan dirinya yang merupakan refleksi langsung dari hasil karyanya.

Dari segi teknik pembuatan pakaian, konsep, hingga sifat eksperimentalnya dalam mendobrak norma-norma mainstream, Harry Halim dapat disebut sebagai salah satu desainer bernuansa avant garde asal Indonesia yang paling solid baik di dalam maupun luar negeri.


(Foto: Desainer Harry Halim dengan koleksi 'The Impossible Love' dalam acara Jakarta Fashion Week 2023)

Rinaldy Yunardi
Desainer aksesori ternama Indonesia, Rinaldy Yunardi bereksperimen lebih jauh lagi dalam rangkaian show Dewi Fashion Knights: Future Couture dengan headpiece extravagansa yang tersambung ke baju geometris dengan material terbuat dari plastik sepenuhnya. Baju adibusana yang ia suguhkan ini memiliki makna inner beauty di luar dari standar-standar kecantikan yang sudah ada, dan sebagai bentuk tantangan baginya untuk keluar dari zona nyaman.

Pendekatan yang sangat konseptual ini adalah hal yang cukup menggemparkan bagi industri mode Indonesia karena harus diakui, baju yang seluruhnya terbuat dari plastik kaku warna-warni disatukan dengan paku-paku besi bukanlah hal yang lazim kita temui di peragaan mode. Peragaan mode yang umumnya mengaksentuasi keindahan tubuh dan kecantikan pemakainya kini dipatahkan atau ditutupi secara total, sepenuhnya memberi ruang perhatian penonton pada sebuah karya seni berjalan.


(Foto: Koleksi rancangan Rinaldy Yunardi yang terbuat dari plastik dan dari segi konsep memenuhi kriteria desain avant garde)

Tigah Home
Jenama yang memiliki spesialisasi aksesori dan sepatu yaitu Tigah Home turut berpartisipasi dalam rangkaian acara Fashion Force Awards menampilkan sebuah koleksi yang sangat berbeda. Tidak lagi terpaku pada aksesori dan sepatu, Tigah Home menampilkan sebuah koleksi berwarna monokrom dengan siluet yang sangat tidak umum. 

Menggunakan perpaduan beberapa jenis bahan tulle mulai dari yang kaku untuk membentuk volume hingga yang tipis dan rapat untuk membebat tubuh, koleksi ini menjadi perwujudan desain avant garde yang amat menarik. Koleksi ini semakin terpulas sempurna dengan pembawaan model yang seolah terkungkung oleh pakaian yang dikenakan. 

Kekuatan konsep, keberanian desain, dan presentasi yang utuh menjadi titik kuat koleksi avant garde dari Tigah Home tahun ini. 


(Foto: Koleksi berprinsip avant garde yang dipersembahkan oleh Tigah dalam rangkaian acara Fashion Force)

Saint Ego
Jenama terakhir yang menampilkan rancangan-rancangan dengan sentuhan avant garde adalah jenama asal Korea Selatan yang digawangi oleh desainer Kim Young-hoo yaitu Saint Ego. Jika Harry Halim dan Rinaldy Yunardi memadukan unsur avant garde dengan koleksi high fashion dan couture, maka Saint Ego justru membubuhkan ide-ide konseptual dalam pakaian streetwear yang notabene untuk sehari-hari.

Keunikan rancangan Kim Young-hoo terletak pada konsep 'My Universe'-nya yang menggunakan medium koleksi fashion untuk menghidupkan ruang imajinasi yang ada di dalam kepalanya. Memadukan aksen-aksen yang sedikit 'gila' pada baju yang pada dasarnya memiliki potongan santai dan straighforward untuk sehari-hari. Sejumlah contoh detail dan ide avant garde yang ia masukkan ke dalam desainnya adalah jaket yang sepenuhnya ditutupi oleh topi-topi dengan untaian extension hair mencuat dari dalamnya dan tas yang dibuat berbentuk seperti cetakan kepala manusia.



(Foto: Koleksi dari Sain Ego yang dibawa ke panggung Jakarta Fashion Week 2023 memperkenalkan konsep avant garde dalam bentuk pakaian streetwear)

Dapatkan info terkini serta inspirasi seputar pergelaran Jakarta Fashion Week 2023 di situs ini dan JFW.TV, juga bisa klik media sosial resmi Jakarta Fashion Week berikut ini: InstagramFacebookTikTokTwitter, dan Pinterest(JFW)

Baca juga:
From Head to Toe, Prediksi 21 Tren Aksesori 2023 dari Runway JFW
Menetralisasi Gender dalam Fashion dari Perspektif Desainer Hartono GanTampilan Modern Kontemporer Kain Nusantara
JFW Hadirkan Runway di Metaverse, Pertama di Asia Tenggara
Meredefinisikan Makulinitas: Desain-desain Fluid di Runway JFW 2023


Foto: Dok. JFW