News

Pentingnya Material Berkualitas Pada Produk Fashion

Wednesday, 9 Sep 2015

by JFW

Industri mode Indonesia merupakan salah satu industri yang berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir. Munculnya bakat-bakat baru dalam dunia ini ikut memicu bangkitnya kembali industri garmen dan tekstil. Michelle Tjokrosaputro dan Cindy Gozali, sebagai bagian dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan Asosiasi Pengusaha Garmen dan Aksesoris (APGAI) menjelaskan bagaimana desainer dapat bekerja untuk memperoleh bahan-bahan untuk produksi fashion skala besar.

Kemampuan desainer untuk meriset, memilih, dan menyeleksi calon produsen menjadi faktor utama, karena Indonesia memiliki beragam perusahaan garmen skala besar sampai produksi rumahan yang mengedepankan karya artisan. “Masyarakat saat ini telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi akan kualitas barang-barang yang mereka beli dan kenakan,” kata Michelle dalam diskusi Naturally Inspiring Wool Workshop, pada 31 Agustus 2015 lalu di Jakarta. Michelle menambahkan, sekarang desainer-desainer pemula pun sudah mulai memahami pentingnya menggunakan bahan yang baik dalam produksi pakaian terutama ready-to-wear. Mereka mulai berkeliling dunia dan menyambangi berbagai macam trade show untuk menemukan kain-kain dan material untuk menciptakan kreasinya.

Cindy Gozali pun menekankan tentang bagaimana desainer harus memiliki hubungan baik dengan pelaku fashion lainnya, terutama pengusaha pabrik garmen dan tekstil. “Pada masa krisis seperti sekarang, pabrik-pabrik membutuhkan pesanan yang konstan agar dapat terus bertahan. Maka di situlah peranan kami sebagai sebuah organisasi agar dapat menjembatani desainer dan label fashion dengan industri manufaktur agar keduanya dapat menopang satu sama lain,” jawabnya ketika ditanya mengenai posisi APGAI dalam mendukung hal tersebut.

Keduanya sepakat bahwa inovasi dan kualitas akhir sebuah produk menjadi faktor utama yang akan menentukan kesuksesan seorang desainer atau label fashion. “Kunci untuk memperoleh itu semua adalah kejelian dan keinginan sang pelaku untuk membina hubungan baik dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proses produksi,” demikian kesimpulan Michelle di akhir sesi diskusi.