News

Tiga Identitas Budaya, Satu Panggung Busana

Monday, 26 Oct 2015

by JFW

Nama Dian Pelangi tahun ini semakin berkibar, terutama sejak ia masuk dalam jajaran The Most Influential People Shaping The Global Industry oleh The Business of Fashion #BOF500 yang berbasis di London. Svida Alisjahbana, CEO Femina Group, adalah orang Indonesia pertama yang masuk dalam daftar tersebut pada tahun 2014 lalu. Yang membanggakan, Dian Pelangi adalah salah satu desainer hasil inkubasi generasi pertama Indonesia Fashion Forward, program kerja sama Jakarta Fashion Week, British Council, Badan Ekonomi Kreatif, dan Center of Fashion Enterprise. Karya Dian Pelangi pada Jakarta Fashion Week 2016 jadi semakin istimewa dengan kolaborasi rancang busana bersama dua desainer tekstil lulusan London College of Fashion. Mereka adalah Nelly Rose yang berlatar belakang budaya Inggris dan Odette Steele yang berasal dari Zambia, Afrika.
 
Dalam pergelaran busana “London College of Fashion Residential Program - Presents Dian Pelangi, Odette Steele & Nelly Rose” yang menutup rangkaian show di hari ketiga Jakarta Fashion Week 2016, 26 Oktober 2015, busana muslim tampil glamor dalam garis busana yang sangat kaya dan berani akan corak dan warna. Tampil atraktif dalam potongan gaun panjang ataupun padanan celana panjang dan atasan longgar, tema yang mereka usung adalah “Co Identity”. Tenun dan batik Pekalongan tampil begitu sinergis dengan corak gaya pusat mode London dan sulaman dan payet khas Afrika. Motif abstrak burung-burung nusantara terlihat cantik saat muncul dalam material batik dan jumputan. Sentuhan graffiti yang sering terlihat dalam gaya urban Eropa juga terlihat dalam bentuk warna dan print modern khas London. Ragam aksesori, mulai dari kaca mata hitam hingga sepatu, menjadi aksen yang mempercantik keseluruhan tampilan.           
 


Yang juga sangat menarik adalah melihat bagaimana upaya ketiga desainer ini menjembatani apa yang mereka sebut dengan modest fashion dan mainstream fashion. “Busana tertutup bukan lagi soal keseragaman dan corak yang itu-itu saja, melainkan telah berevolusi menjadi sebuah segmen fashion yang berjalan beriringan dengan perkembangan zaman. Walaupun banyak diminati muslimah, modest fashion bisa dipakai siapa saja,” kata Dian Pelangi. 
 
Dari pergeralaran busana yang berlangsung di Fashion Tent, Senayan City ini, Dian Pelangi membuktikan bahwa dirinya selalu berani keluar dari zona nyaman. Wanita berusia 24 tahun ini dengan sempurna memanfaatkan peluang berkarya di kancah global, dengan kolaborasi bersama British Council dan London College of Fashion. Persisnya, di ajang International Fashion Showcase 2015 bulan Februari lalu di London, mereka bekerja sama menggelar program Fashion Mission. Di sana, sebagai designer in residence, Dian memberikan hijab workshop dan menyelenggarakan kompetisi desain bagi para mahasiswa. Dua pemenangnya, Odette dan Nelly, sejak Agustus lalu tinggal di Pekalongan, Jawa Tengah. Bersama Dian, ketiganya menyiapkan pergelaran busana untuk Jakarta Fashion Week 2016 ini.
 
Penulis: Angela Hindriati W