Indonesia Fashion Forward di Paris Fashion Week

Major Minor menampilkan koleksi mereka yang terinspirasi dari karya-karya seniman asal Prancis, Phillippe Cognee yang didominasi oleh warna putih, hitam, dan biru dengan sentuhan maskulin dan feminin. Pilihan warna pada koleksi ini disesuaikan dengan karakter karya Philippe Cognee yang didominasi warna pastel dan monokrom.
“Mengusung teknik unperfect (tidak sempurna). Lukisannya didominasi dengan gambar yang blur atau kabur. Dengan begitu, beberapa pakaian dari koleksi kita konsepnya unfinished dengan potongan longgar,” kata Ambar Pratiwi, salah satu desainer Major Minor pada acara Passage Jakarta Showcase.
Sementara itu, Yosafat Dwi Kurniawan terinspirasi motif batik khas Cirebon, Mega Mendung. Dengan dominasi palet hitam dan biru, koleksi Yosafat kali ini menampilkan pilihan dress berpotongan chic dengan permainan print bernuansa bebatuan. “Saya rasa motif Mega Mendung sangat mudah diterima di pasar International karena bantuknya simple,” ujar Yosafat.
Selain Major Minor dan Yosafat, Toton Januar memiliki tema menarik tersendiri yang ditampilkan dalam Passage Jakarta Showcase. Toton mengusung tenun Sengkang dari Makassar dan didominasi warna putih dengan material sifon, sutra, organdi, dan wol disertai sentuhan bordiran bunga anggrek yang ternyata memiliki kenangan tersendiri bagi Toton.
“Aku punya kenangan khusus tentang Anggrek. Ibuku senang sekali mengoleksi bunga anggrek. Pada hari beliau meninggal, entah mengapa seluruh koleksi anggreknya berbunga semua. Inilah memori yang ingin kuciptakan kembali,” kenang Toton. Partisipasi ketiga desainer tersebut di Paris Fashion Week didukung oleh Le Meridien dan 5 a Sec. (Zahrina Novia)
Leave a Reply