News

Kompromi Antara Idealisme dan Sisi Komersial LaSalle College

Tuesday, 4 Nov 2014

by JFW

Ada yang berbeda di show LaSalle College pada Selasa, 4 November 2014, dalam rangkaian pergelaran Jakarta Fashion Week 2015 hari keempat. Dengan tema “Transcendence”, enam desainer muda di bawah naungan sekolah mode itu menyajikan koleksi pakaian yang tak hanya memikat mata, namun juga tepat guna. Walau terlihat idealis dan kental dengan persona, enam koleksi ini terlihat begitu on point, berdaya pakai tinggi, dan yang penting, siap dipresentasikan dan dijual ke khalayak ramai.

Jennyfer Owen membuka show dengan koleksi bernuansa kelam dan ekstraterestrial berkat permainan proporsi maupun material dalam palet akromatik. Dalam tema “Bloodless”, Jennyfer menemukan garis kompromi antara idealisme dan sisi komersial. Berbanding terbalik dengan rekannya, koleksi Anansa Taira terlihat begitu feminin, namun jauh dari kesan menjemukan, berkat eksplorasi bentuk bunga anggrek sebagai inspirasi utama.

Nuansa feminin juga tampak merajai koleksi label Noussa besutan Fariza Anshory, serta Ligne, brand fashion hasil kolaborasi Clarissa Hartawan dan Fransisca Shannen. Sentuhan kontemporer, serta perhatian presisi terhadap detail begitu terasa pada kedua koleksi tersebut. Menilik pasar yang potensial, Fitlosophy mempresentasikan label busana olahraga dan pakaian kasual yang cocok bagi wanita urban yang sarat kegiatan.

Tak ketinggalan, dua koleksi penutup show LaSalle College menawarkan twist quirky yang berbeda. Bizarre, misalnya. Brand yang dipelopori oleh Aginta Tamariska, Alodia Fedora, Putri Hutami dan Sharin Sinarbung tersebut hadir dengan tema “Beaufauna”. Gajah dan burung flamingo dikemas ulang menjadi motif komikal dalam berbagai potongan busana siap pakai yang anggun dan jenaka. Sedangkan Linda Mulia menawarkan imajinasi masa kecil berupa ilustrasi anak-anak yang ditorehkan ke atas pakaian lewat aplikasi bordir dan kristal. (Yoland Handoko/Grazia)