News

Budaya Australia dan Indonesia dalam Tampilan Modern di Runway JFW 2023

Saturday, 29 Oct 2022

by Inaya Pananto

Pergelaran busana Jakarta Fashion Week 2023 (29 Oktober 2023) menjadi tahun kelima jalannya kerja sama sekaligus kolaborasi kreatif antara Kedutaan Australia dengan JFW. Kerja sama di bidang mode ini tidak hanya membuka jalan dan kesempatan baru bagi desainer yang tampil, namun juga mengembangkan sektor industri tekstil dan perekonomian pengrajin kecil menengah sekaligus melestarikan kebudayaan asli dari kedua negara.

Disampaikan dengan senyum lebar oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams, "Australia ingin berkolaborasi dengan individu-individu kreatif Indonesia dan alumni-alumni Australia dari Indonesia." Keinginan tersebut terjawab langsung dengan dihadirkannya panggung bersama antara seorang desainer asli Australia, Denni Francisco dengan dua orang desainer ternama Indonesia yang pernah menempuh pendidikan di Australia, yaitu Auguste Soesastro dan Friederich Herman.

Denni Francisco yang merupakan seorang wanita berlatar belakang asli suku Wiradjuri, mengangkat motif-motif asli dari kekayaan budaya Australia yang diterapkan pada pakaian ready-to-wear yang nyaman. Penggunaan motif-motif itu menunjukkan penghormatan Denni terhadap unsur keaslian budaya dan cerita atau filosofi di baliknya, namun dengan pendekatan kekinian, antara lain melalui pemilihan kain. Jika kain-kain tradisional dikenal memilik motif dan pemilihan bahan yang kuat dan kaku, Denni berhasil menciptakan opsi yang lebih ringan sehingga tepat untuk dikenakan sehari-hari.

Aspirasi dan ide kreatifnya ini ia tuangkan melalui sebuah jenama Ngali yang diambil dari bahasa Aborigin berarti 'kita' atau 'kami'. Kehadiran aspek 'kami' dalam jenama yang ia besut ini tidak hanya terlihat dari desain karyanya, namun juga mengakar pada pemberdayaan orang-orang suku asli pada proses produksi.

(Foto: Koleksi dari Ngali karya perancang mode Australia, Denni Francisco)

Untuk koleksinya kali ini, Denni memilih bahan silk yang lembut dan sejuk, cocok digunakan di iklim tropis seperti Indonesia. Warna-warna yang muncul beragam, namun dipadukan dengan sangat mindful dan dipertimbangkan dengan baik untuk keselarasan tiap busana. Dalam sesi wawancara pers, Denni mengungkapkan keinginannya untuk fokus pada unsur versatility dan kebersamaan melalui desainnya. Hal ini diwujudkan melalui bentuk desain yang beragam namun saling beriringan harmonis, sesuai dengan kata 'bersama' atau 'together' yang menjadi salah satu kata kunci inspirasi utamanya. 

Perancang kedua yang mempersembahkan karyanya dalam rangkaian acara ini adalah Auguste Soesastro dengan jenama Kraton. Kraton sendiri merupakan jenama high fashion yang berfokus mengangkat pakaian tradisional Jawa dengan gaya yang bersih dan cerdas. Dikenal dengan hasil karyanya yang begitu rapi dan efisien dari segi desain, Auguste mengatakan bahwa ia memilih mengangkat budaya Jawa ke kancah dunia mode Indonesia karena baginya dan orang-orang di sekitarnya budaya Jawa terasa seperti sesuatu yang diselimuti eksotisme yang misterius dan begitu menarik.

Menempuh masa belajarnya di Australia dalam bidang arsitektur, Auguste terbiasa membangun pakaian yang kuat strukur bangunan polanya. Menggunakan teknik reduksi volume dan membuang unsur-unsur kurang penting pada tiap desain, Auguste percaya bahwa langkah pertama pada praktek produksi ramah lingkungan bagi sebuah jenama mode adalah masa pakai dan ketahanan rancangannya. Karena itu, Kraton tengah bereksperimen dengan teknik-teknik upcycling tanpa terlihat crafty dan tetap classy.

(Foto: Koleksi dari Kraton karya Auguste Soesastro)

Kuatnya sudut pandang Auguste sebagai nama di balik jenama Kraton tersuarakan dengan jelas memalui koleksi yang ia bawa ke panggung Jakarta Fashion Week tahun ini. Memasukkan unsur-unsur pakaian khas Jawa di era kolonial dan poskolonial, model-model yang berjalan untuk koleksi ini dipakaikan modifikasi blangkon, sejenis topi pas kepala dari batik, yang populer dipakai kalangan terpelajar Jawa pada masa itu. Ia menampilkan tailored beskap dengan rok berpotongan jarik serta kemeja putih rapi. Ada pula gaun-gaun berpotongan smart dan sleek namun dipadukan dengan detail-detail tradisional.

Perancang mode ketiga yang diundang untuk turut menampilkan karya teranyarnya di panggung ini adalah peraih beasiswa Australia Awards pada tahun 2027, Friederich Herman. Koleksi yang ia tampilkan kali ini terinspirasi dari film cult Prancis yang dibuat menjadi film dokumentasi klasik di tahun '90-an. Karena itu, koleksi ini memiliki nuansa European groovy chic dipadukan dengan garis modern utilitarian yang telah menjadi kekuatan desain Friederich Herman sebagai sebuah jenama.

Menghadirkan total 15 looks, koleksi persembahannya terasa kuat nuansa Eropa klasiknya. Ditunjang oleh eksekusi tailoring yang indah serta penggunaan aksesori topi tinggi, koleksinya memberi kesan misterius dan mahal. Meskipun banyak menghadirkan siluet-siluet tegas, ia mampu mendatangkan sisi feminin dengan structured puffed sleeves, permainan sheer inner, serta pilihan bahan floral.

(Foto: Koleksi karya perancang mode Friederich Herman)

In true Friederich Herman style, ia menempatkan warna-warna bold bersama dengan warna-warna gelap kalem, menjadikan keseluruhan sekuens dari koleksi terasa full of wonder meskipun dari segi desain banyak memasukkan elemen pakaian formal yang notabene umum dipakai oleh orang dewasa. 

Panggung bersama yang menjadi perwujudan kolaborasi kreatif antara Indonesia dan Australia ini diharapkan dapat terus berlangsung dan berkembang. Penny Williams pun mengutarakan rencananya untuk membangun Creative Economy School Exhebition di tahun yang akan datang untuk terus membangun kerjasam dalam sektor ini bersama Indonesia.

Ikuti terus info terkini seputar pergelaran Jakarta Fashion Week 2023 di situs ini dan JFW.TV, juga bisa klik saja media sosial resmi Jakarta Fashion Week berikut ini: Instagram, Facebook, TikTok, Twitter, dan Pinterest. (JFW)

Baca juga:
Karya-karya Kolaboratif dalam Beauty Forward in Unity di JFW 2023
Dekonstruksi Royal Wedding Dress oleh Abineri Ang Atelier et Createur de Mode di JFW 2023

Kain Bagai Kanvas, Kolaborasi Daliatex dalam 'The Trilogy of Painted Harmony'
Foto: Dok. JFW