News

Mengenal 5 Prinsip Sustainable Fashion Para Desainer di JFW 2023

Friday, 30 Dec 2022

by JFW

Industri mode berkembang kian pesat. Dipandang dari sektor ekonomi, industri ini telah membawa pertumbuhan. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa industri mode juga membawa dampak negatif di belakangnya, terutama bagi lingkungan. Berdasarkan data dari UNICEF, pada 2018, produksi mode menyumbang 10% dari emisi karbon dan mencemari sungai. Tak hanya itu, setiap tahunnya, sampah tekstil dibuang begitu saja dan mencemari laut.
 
Berbagai cara mulai dilakukan untuk ‘menebus’ kesalahan manusia dalam industri mode ini, yakni dengan mempraktikkan sustainable fashion. Di Indonesia, mulai bermunculan desainer dan label yang menjadikan sustainable fashion sebagai prinsip dalam proses kreatif dan bisnisnya.
 
Jakarta Fashion Week (JFW) 2023 sebagai ruang pamer dan apresiasi bagi karya-karya mode Tanah Air menyadari bahwa sustainable fashion juga merupakan isu yang harus dikemukakan. Oleh karena itulah, JFW 2023 juga banyak menghadirkan desainer dan label yang menerapkan sustainable fashion.
 
1. Memanfaatkan Material Daur Ulang
Sejauh Mata Memandang yang merupakan salah satu pelopor sustainable fashion hadir di JFW 2023 dengan membawa koleksi bertema ‘Baur’. Dalam koleksi ini, selain menghadirkan kebaya dan kain seperti yang sudah-sudah, Citra Subyakto, sang desainer juga menghadirkan outer gaya baru. Ada pula atasan asimetris berpotongan tegas dan crochet top ala Bohemian style.
 
Sejauh Mata Memandang juga menggunakan tekstil daur ulang yang terbuat dari limbah prakonsumsi serta pascaproduksi yang diproses menjadi bahan baru. Menggunakan material lama untuk didaur ulang menjadi item mode baru memang merupakan salah satu teknik yang bisa digunakan dalam praktik sustainable fashion.


(Foto: Koleksi Sejauh Mata Memandang di JFW 2023)
 
Beberapa desainer lain yang menggunakan material lama untuk didaur ulang menjadi koleksi yang baru di JFW 2023 antara lain Tanah Le Saé. Label ini menggunakan material bekas pakai seperti gorden, taplak, atau sapu tangan berenda.

(Foto: Koleksi Tanah Le Sae di JFW 2023)
 
Tak hanya itu, Adrie Basuki yang merupakan pemenang pertama Lomba Perancang Mode Menswear (LPMM) 2010 yang memang terkenal dengan karya-karya daur ulangnya juga kembali menapaki runway JFW dengan koleksi serupa.

(Foto: Koleksi Adrie Basuki di JFW 2023)
 
Juara pertama Lomba Perancang Aksesori (LPA) 2022, Dyandra Mairavida dengan karyanya berjudul ‘Lembang Sari’ juga terbuat dari terbuat dari material bekas pakai seperti kain, plastik, botol, dan manik yang dirangkai dengan kawat.

(Foto: Karya Dyanda Mairavida di JFW 2023)
 
Desainer aksesori lain, Tigah Home, juga melirik material bekas produksinya untuk dijadikan item mode yang baru. Ini adalah salah satu bentuk pertanggungjawaban mereka terhadap sampah produksinya sendiri.

(Foto: Koleksi Tigah Home di JFW 2023)
 
2. Lebih Lambat dan Zero Waste
Salah satu prinsip lain dari sustainable fashion adalah mengedepankan slow fashion. Sejauh Mata Memandang merupakan salah satu label yang tidak mengeluarkan empat koleksi pakaian dalam setahun atau setiap musim (spring, summer, autumn, winter). Mereka hanya meluncurkan koleksi baru sebanyak dua kali dalam setahun. 
 
Hal tersebut juga didukung oleh Wilsen Willim yang membawakan koleksi bertajuk ‘Kembali’. Ia menyatakan bahwa sudah saatnya untuk berpindah dari fast fashion ke slow fashion. Sebab, hal tersebut menurutnya dapat dilakukan untuk meminimalkan penambahan sampah fashion.
 
Tak hanya itu, mengurangi sampah fashion bisa juga dilakukan dengan melakukan teknik zero waste dalam proses produksi. Misalnya saja, Wilsen Willim memikirkan desain sedemikian rupa supaya tidak ada kain yang tersisa dan terbuang.
 

(Foto: Koleksi Wilsen Willim di JFW 2023)
 
3. Menggunakan Bahan Baku Alami
Praktik sustainable fashion yang lebih peduli lingkungan ini juga mengedepankan penggunaan material alami dalam produksinya. Bluesville, pemenang Fashion Force yang juga merupakan lini acara JFW 2023 ini secara konsisten menggunakan pewarna alami dari daun indigofera tinctoria yang dapat menghasilkan warna biru. Di era ketika teknologi dapat menciptakan benda-benda artifisial, label ini justru menghadirkan sesuatu yang autentik dengan pewarna alami.  
 
Pemenang Fashion Force Award 2022 ini membudidayakan sendiri indigofera tinctoria di perkebunan yang tersebar di Anyer, Wonosobo, dan Malinau. Menurut mereka, dengan memiliki perkebunan sendiri maka mereka dapat lebih menjaga standar hasilnya ketimbang mengambil dari supplier.

(Foto: Koleksi Bluesville di JFW 2023)
 
Selain Bluesville, ada pula pemenang pertama LPMM tahun ini, yang melakukan eksperimen dengan mencampur prinsip-prinsip dasar dari fisika dan kimia dalam menciptakan tekstil yang dari segi tekstur dan profil mirip dengan bahan kulit imitasi atau faux leatherArdina Gona Gan melakukan proses pencampuran kombucha, gula, dan cuka, ia juga mendaur ulang bahan-bahan limbah hasil produksi menjadi material yang baru. Material ini dapat dikatakan vegan friendly karena tidak melalui proses penjagalan hewan.
 

(Foto: Koleksi Gona di JFW 2023)

4. Material Biodegradable
Menurut peneliti lingkungan hidup dan keberlanjutan Linda Greer di Washington, AS, masih sangat sedikit produsen yang mengetahui rantai industri modenya. Mereka tak tahu-menahu dari mana pasokan material mereka. Padahal, menurut Greer seharusnya para produsen dapat menjalin hubungan aktif dengan pemasok material untuk mengurangi jejak karbon dari industrinya.
 
JFW secara khusus berkolaborasi dan menghadirkan Asia Pasific Rayon (APR), produsen serat rayon yang bersifat biodegradable untuk menampilkan koleksi dari lima label yang telah menjalin kerja sama dengannya. Mereka adalah Batik Trusmi, Everyday, Frederika, Geulis x Kasep, dan Oline Workrobe.
 
Sifat biodegradable atau mudah terurai ini tentunya dapat menjadi sumbangan terhadap pengurangan limbah fashion.

(Foto: Koleksi Batik Trusmi di JFW 2023)

(Foto: Koleksi Everyday di JFW 2023)

(Foto: Koleksi Frederika di JFW 2023)

(Foto: Koleksi Geulis x Kasep di JFW 2023)

(Foto: Koleksi Oline Workrobe di JFW 2023)
 
5. Berdampak Bagi Masyarakat
Selain berdampak bagi lingkungan, prinsip lain sustainable fashion sebetulnya juga melibatkan dampak positif bagi masyarakat. Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh para produsen industri mode adalah dengan memberdayakan masyarakat. Sejauh Mata Memandang telah melakukan hal tersebut dengan melibatkan komunitas masyarakat di Gresik, Jawa Timur dalam pemrosesan tekstil daur ulang menjadi benang. Benang tersebut kemudian ditenun secara ramah lingkungan dengan melibatkan komunitas masyarakat di Pandaan, Jawa Timur.
 
Sementara, Wilsen Willim melalui kolaborasinya dengan Warisan Budaya Indonesia (WBI) dan Cita Tenun Indonesia (CTI) juga memberdayakan ibu-ibu pengrajin wastra.
 
Dapatkan info terkini serta inspirasi seputar pergelaran Jakarta Fashion Week 2023 di situs ini dan JFW.TV, juga bisa klik media sosial resmi Jakarta Fashion Week berikut ini: InstagramFacebookTikTokTwitter, dan Pinterest. (JFW)
 

Baca juga:
8 Label Fashion yang Suka Bermain-Main Motif
16 Inspirasi Wedding Dress yang Anti-Mainstrem
33 Pilihan Outfit Sehari-Hari Pria sesuai Karakter
8 Tip Layering Baju Modest Agar Makin Modis              
Yang Metalik Yang Futuristik di JFW 2023
Keagungan Batik di Gelaran Mode Jakarta Fashion Week 2023
50 Shades of Blue, Spektrum Warna Laut yang Jadi Tren
Tampil Eksentrik dengan Gaya Bohemian
45 Inspirasi Mix & Match Modest Wear untuk Liburan
Prediksi Tren Material Pakaian di Tahun 2023
White Christmas, Elegansi Tampilan Serba Putih saat Natal
Holiday Vibes: Tampil Stylish Selama Liburan

Foto: Dok. JFW