CITA TENUN INDONESIA: Liminal
Di batas antara tradisi dan modernitas, Liminal membuka ruang dialog bagi wastra tenun dari berbagai penjuru nusantara. Tenun yang sarat sejarah menemukan wujud baru, melintasi garis antara masa lampau dan masa kini, antara keanggunan adibusana hingga energi kontemporer yang lahir dari budaya jalanan.
Empat perancang mode dengan suara berbeda: Danny Satriadi, The Rizkianto, Wilsen Willim, dan MORAL menyulam tafsir segar pada kekayaan tekstil Indonesia. Dari siluet yang agung hingga potongan yang youthful, Liminal menjadi jembatan halus di mana keabadian tradisi bertemu denyut masa depan.
Danny Satriadi
Lulusan ESMOD Jakarta, Danny Satriadi meniti karier sejak menjuarai Lomba Perancang Mode 2003, yang membawanya belajar di FIDM Los Angeles. Dikenal sebagai perancang gaun pernikahan, ia juga mendirikan label Arkamaya dan DSTree. Danny kerap tampil di Jakarta Fashion Week dengan karya elegan bernuansa modern dan kontemporer.
The Rizkianto
Didirikan oleh Dery Rizkianto, label The Rizkianto merefleksikan perpaduan antara warisan budaya Indonesia dan estetika modern global. Berakar pada disiplin desain yang dipelajari Dery dari Istituto Marangoni, Milan, label ini menonjol lewat siluet elegan, tailoring presisi, dan narasi artistik yang menafsirkan kembali kemewahan kontemporer.
Wilsen Willim
Wilsen Willim adalah desainer muda yang sejak 2016 membangun label dengan siluet bersih, potongan tajam, dan lipatan origami kincir sebagai signature-nya. Di Jakarta Fashion Week 2023, ia menggabungkan wastra Nusantara lewat kolaborasi dengan WBI dan CTI. Tahun ini, ia menerima Anugerah Rupa Batik Nusantara atas dedikasinya menghidupkan budaya lewat fashion kontemporer.
MORAL
Andandika Surasetja adalah kekuatan kreatif di balik label MORAL, jenama independen berbasis di Jakarta yang lahir pada 2013. Dengan gaya uniseks dan pendekatan eksperimental, MORAL telah meraih penghargaan Most Innovative Local Brand di Fashion Force Awards 2017 dan posisi runner-up regional Asia NewGen Fashion Award 2018.
