News

Kiprah TOTON di Final International Woolmark Prize

Monday, 23 Jan 2017

by JFW

TOTON, yang dimotori duo perancang Toton Januar dan Haryo Balitar, mewakili wilayah Asia Pasifik untuk ronde final International Woolmark Prize kategori busana wanita di kota Paris, Prancis, setelah memenangkan ronde Asia di Hong Kong pada 12 Juli 2016 silam. Negara lain yang ikut dalam ronde Asia adalah Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, dan Tiongkok.

TOTON merupakan salah satu label yang telah terkurasi menjalani program pengembangan kapasitas Indonesia Fashion Forward (IFF), yang diselenggarakan Jakarta Fashion Week (JFW).  Femina Group, penyelenggara JFW, adalah mitra IWP untuk menyaring peserta lomba ini, dan sempat mengajukan delapan nama, sebelum akhirnya pihak IWP memilih TOTON, dan dua label Indonesia lain, yaitu Major Minor Maha (busana wanita) dan Vinora (busana pria), untuk turut dalam ronde Asia IWP.
 
Dalam kreasi yang dipersembahkan pada ronde Asia, TOTON menggunakan benang wol Merino, yang kemudian diproses menjadi kain tenun dengan melibatkan perajin dari Garut, Jawa Barat. Untuk ronde final, TOTON menarik inspirasi dari rockcave painting dan pakaian bangsawan Jawa dan Bali. Kunjungan ke Gua Leang-Leang di Makassar, Sulawesi Selatan, ternyata masih memberi kesan kuat bagi Toton. Dalam konferensi pers di Gedung Femina beberapa waktu lalu, Toton mengakui, salah satu persiapan TOTON adalah pelatihan khusus yang diselenggarakan oleh The Woolmark Company terkait wol. Pelatihan tersebut sangat berguna, terutama untuk menambah pengetahuan tentang pengolahan bahan wol.

Meski mengikuti kategori busana wanita, TOTON justru mempertimbangkan bangkitnya isu feminisme, dan koleksi ini sendiri banyak dipengaruhi siluet busana pria. Dengan inspirasi tersebut, TOTON ingin mengangkat kesan wanita yang kuat dengan warna yang feminin dan bentuk yang tetap lembut.

Christopher Raeburn, yang merupakan juri dalam babak regional Asia, menyuarakan pendapatnya tentang TOTON, “Teknik dan tekstur yang diperlihatkan TOTON membuat kita melihat wol dengan perspektif baru… sangat kontemporer dan relevan.” Raeburn juga menambahkan bahwa TOTON berhasil menjembatani konteks atau identitas lokal dengan selera internasional yang kontemporer. “Perspektif inilah yang diperlukan dalam ranah industri mode sekarang, di mana terlalu banyak produk yang mirip,” katanya kepada Hidayat Jati, perwakilan Femina Group yang hadir di Hong Kong saat berlangsung ronde Asia.
 
IWP diselenggarakan oleh The Woolmark Company, perusahaan asal Australia yang dimiliki asosiasi petani wol. Australia adalah pemasok kain wol terbesar di dunia untuk dunia tekstil dan garmen. IWP sudah diselanggarakan sejak 1953. Tak sedikit alumni pemenang The Woolmark Prize yang kini diakui sebagai pemain unggul dalam ranah mode global, misalnya Yves Saint Laurent dari Prancis, Karl Lagerfeld dari Jerman, Rahul Mishra dari India, serta Public School dari Amerika Serikat. Banyak pula nama besar yang sempat hadir dalam panel penjurian, seperti Donatella Versace, Frida Giannini, dan Franca Sozzani. Tahun ini sendiri, panel penjurian dihiasi nama-nama seperti Imran Amed, Victoria Beckham, dan Miroslava Duma.

Untuk bisa dinominasikan dalam The Woolmark Prize, ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut adalah desainer menswear ataupun womenswear, solo atau tim kecil yang terdiri dari maksimal tiga orang, warga negara Indonesia, memiliki maksimal 6 tahun pengalaman dalam bisnis mode dan maksimal 30 outlet ritel, serta siap memproduksi koleksinya dalam jumlah besar. Pemenang The Woolmark Prize memang diwajibkan menjual koleksi mereka ke mitra Woolmark.
 
Satu periode kompetisi membutuhkan waktu selama 21 bulan, mulai dari proses nominasi, penjurian, sampai akhirnya karya-karya para pemenang dijual di berbagai ritel yang bermitra dengan Woolmark. Tak tanggung-tanggung, semuanya merupakan ritel bergengsi, seperti Saks 5th Avenue New York, Harvey Nichols London, dan Isetan Jepang.

Dalam kompetisi tahun ini, The Woolmark Company bekerja sama dengan The Communication Store dan Dazed Media untuk menghadirkan film pendek bertajuk Unravelled; The Greatest Story Ever Told untuk mempromosikan IWP. Kostum dalam keseluruhan poster, teaser, dan film ini merupakan karya para finalis. Film berdurasi 2 menit dengan empat teaser berdurasi 15 detik ini telah dimuat di Vogue.fr untuk menambah rasa penasaran terhadap hasil final IWP tahun ini.

Piala kategori busana wanita akhirnya direbut oleh Gabriella Hearst dari Amerika Serikat yang membawa koleksi luwes nan sarat dengan nuansa kasual. Meski tidak memenangkan International Woolmark Prize tahun ini, TOTON mengaku bahwa dia sangat menikmati pengalaman ini. Tentu menjadi pembelajaran tersendiri untuk dapat meraih posisi prestisius di ajang yang begitu mendunia, apalagi sambil mengemban misi membangkitkan perajin nasional, terutama di bidang tekstil. Untuk mengetahui alur lengkap final International Woolmark Prize di Paris 2016/2017 International Woolmark Prize, silakan baca di sini



Penulis: Zea Zabrizkie