News

Mendobrak Batasan dalam Berekspresi bersama Dewi's Luxe Market

Tuesday, 24 Oct 2023

by Inaya Pananto

Pada hari pertama Jakarta Fashion Week yang digelar tanggal 23 Oktober 2023, show pertama Dewi’s Luxe Market menghadirkan tiga jenama Indonesia yang memiliki garis desain dan karakteristik unik dalam lingkup elevated ready to wear. Mereka adalah  Tanah le Saé, Lanivatti, dan Bluesville. Mengambil tema "Boundless Style", Dewi Luxe Market mengajak para desainer dari masing-masing brand untuk menampilkan busana ready to wear dalam konsep ‘gaya tanpa batas’.

 

Kisah Hidup Oma dalam Cerita Tanah le Saé

Sejak tahun 2019, Tanah le Saé yang digawangi oleh sepasang sahabat, Denniel Richard dan Dika Sudrajat dikenal sebagai  genderless fashion items yang menawarkan ideologi desain sustainable dan resourceful. Kedua desainer ini pun banyak menghidupkan kembali kain-kain deadstock dan detail busana bervolume sebagai ciri khasnya. 

Pada Jakarta Fashion Week 2024, Tanah le
Saé  bererita tentang kisah hidup, perjuangan, cinta beserta seluruh asam dan garam Oma Anne. Ia adalah nenek dari sang desainer, Denniel Richard. Terinspirasi dari perjalanan hidup sosok Oma Anne, hadirlah koleksi dengan judul "Ann:Melancholy". Sederet busana yang hadir malam itu banyak menawarkan siluet dan detail era tahun 50-an.

(Koleksi 'Ann:Melancholy' dibawakan oleh tiga muse wanita dari Tanah le Saé)

Bagi Denniel dan Dika, tema kali ini tidak lepas dari proses belajar dan pendewasaan bagi Tanah le Saé. Mereka semakin percaya diri yang tampak jelas pada signature detailing ala Tanah le Saé.

Kombinasi warna khaki, biru kelabu, clean white, army green berpadu manis dengan detail chrocet pada beberapa area busana. Permainan kancing deret hingga siluet kebaya khas Oma Anne, tampak menginspirasi deretan kemeja dan blus kala itu. Agar lebih modern,
Tanah le Saé mengedepankan penggunaan garis structured, padding di area bahu, oversized jacket, hingga outerwear yang didominasi oleh permainan tekstur.

(Contoh detailing unik yang ditonjolkan dalam koleksi)
 
Anda bagaikan melihat album mode tahun 50-an dengan twist yang berbeda saat menyaksikan berbagai busana yang dikenakan para model di panggung Jakarta Fashion Week kala itu
(Co-founders dari jenama Tanah le Saé, Denniel Richard dan Dika Sudrajat)
 

Eksplorasi Artistik Bluesville

Filosofi ‘biophilia’ yang berasal dari Bahasa Yunani memiliki arti ‘kecintaan terhadap hidup atau satuan yang hidup’. Hal ini menjadi inspirasi jenama Bluesville dalam koleksi menswear terbaru mereka bertajuk ‘Biophilic Tapestry’

Menurut sang desainer, koleksi ini ditujukan sebagai bentuk eksplorasi artistik akan hubungan dasar manusia dengan berbagai makhluk hidup di sekitarnya seperti alam dan makhluk hidup lain disekitarnya. Namun, meski berangkat dari sebuah konsep filosofis yang abstrak, Bluesville berhasil menenun makna ini ke dalam bentuk lembaran kain yang bercerita selayaknya selembar tapestri. 

(Barisan koleksi 'Biophilic Tapestry' dari Bluesville) 

Sebut saja perpaduan kain daur ulang dengan teknik patchwork sebagai dekorasi celana panjang, kemeja dengan guratan-guratan motif yang membentuk lukisan pegunungan, outerwear dengan detail kantong besar, hingga busana yang menggabungkan material kain polos dan kain motif tenun. 
 

(Detail koleksi dari Bluesville)

Agar nyaman dan dapat digunakan atau dipadupadankan dengan berbagai busana yang dimiliki, Bluesville pun menggunakan berbagai kain yang sustainable lengkap dengan warna-warna earth-tone dengan siluet busana yang banyak memberikan ruang gerak. 

(Pemilik dari jenama Bluesville, Direz)

 

Travelling lewat koleksi debut dari ‘Lanivatti’

Fotografer ternama, Nicoline Patricia Malina, meluncurkan koleksi perdana di bawah jenama Lanivatti. Koleksi pertama berjudul ‘Voyagerie’ ini mengambil cerita dan spirit besar Nicoline untuk travelling. Lanivatti sendiri dibangun berdasarkan atas kecintaan Nicoline terhadap industri fashion. Setelah selama ini berada di balik kamera, ia pun ingin menampilkan sisi terbaik seorang perempuan.

 
(Penggagas dari jenama Lanivatti, Nicole Patricia Malina)

Koleksi persembahan dari Lanivatti diformulasikan dan disusun dengan prinsip sustainable dengan penggunaan dari kain limbah pabrik dan diproduksi secara ethical. Lanivatti pun sangat menekankan penggunaan material kain berkualitas untuk mencapai penggunaan usia pemakaian jangka panjang serta garis desain yang timeless.
  
Dibuka dengan cuplikan-cuplikan destinasi wisata, keindahan alam, dan berbagai monumen favorit Nicoline dari berbagai kota, koleksi ‘Voyagerie’ mengajak para pencinta fashion masuk ke dalam suasana travelling sesungguhnya.

(Detail koleksi 'Voyagerie' dari Lanivatti)
 
Satu kesimpulan yang paling mengesankan dari keseluruhan koleksi ini adalah impresi  "this is exactly how women want to dress" yang terlintas dalam benak. Berbagai tailored suits dengan jahitan yang rapi dan clean, celana palazzo dengan built in belts yang menonjolkan lekuk pinggang pemakainya, double lapels blazer, hingga rok berdetail kancing mewarnai koleksi Lanivatti, bagaikan sebuah ajakan Nicoline kepada semua perempuan untuk melakukan perjalanan ke luar zona nyaman.  

(Sentuhan kain batik berpadu dengan gaya bohemia dan pakaian formal)

Setidaknya ada beberapa busana yang berhasil menyita perhatian. Meskipun lekat dengan gambaran pakaian business casual, koleksi Lanivatti juga memasukkan unsur-unsur desain yang terinspirasi dari pakaian utilitarian yang praktis. Contohnya aplikasi kantong-kantong tempel pada sisi celana hingga permainan hardware silver yang detachable.  
 

Cek jadwal setiap peragaan busana serta info terbaru mengenai Jakarta Fashion Week 2024 di situs iniJFW.TV, serta media sosial resmi JFW, yaitu InstagramFacebookTikTokX, dan Pinterest(JFW)

Baca Juga:
Prediksi Tren Riasan 2023 Bagi Penggemar Modest Wear

10 Tren Warna Pastel dalam Modest Wear Tahun 2023
Keglamoran Ivan Gunawan dan Ketangguhan Ernesto Abram Berpadu di 'Epic Symphony'


(Foto: Dok. Jakarta Fashion Week)