News

Parade Keindahan Flora dan Fauna Jakarta

Wednesday, 28 Oct 2015

by JFW

Konsistensi Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional) Provinsi DKI Jakarta dalam memajukan produk kerajinan lokal berbuah manis. Setelah tiga desainer mereka masuk jajaran Indonesian Fashion Forward dan mendapatkan kelas mentoring untuk siap bersaing di pasar internasional, Dekranasda kembali menampilkan desainer unggulan mereka di Jakarta Fashion Week 2016.
 
Berlangsung pada Rabu, 28 Oktober 2015, dan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, kesepuluhdesainer terpilih mendapat tugas menerjemahkan ikon-ikon Jakarta yang terdiri dari tumbuhan dan binatang, seperti salak condet, melati gambir, nona makan sirih, elang bondol, kupu-kupu dan bulus, ke elemen desain mereka.
 
Berjumlah enam padanan untuk setiap desainer dan melebur dalam tema “Lenggak Lenggok Flora Fauna Jakarta”, show pertama menampilkan Roemah Kebaya by Vielga dengan bunga tapak dara sebagai objek utama. Kebaya berlengan pendek terlihat begitu kasual saat dipadankan bersama rok berwarna cerah, yang siap memberi semangat di pagi hari.
 
Hal serupa terjadi pada Dara Dara by Dwi Arlina. Terinspirasi oleh ketangkasan elang bondol, desainer berambut pendek itu memilih teknik print untuk menggambarkan image elang dan menggunakan denim sebagai salah satu material. Kesan anak jalanan begitu terasa saat menyaksikan karyanya.
 


Keselaran hidup yang berdampingan dengan alam membuat Riana Kesuma tergerak yang lantas memilih bunga nona makan sirih, burung kipasan belang dan kupu-kupu sebagai elemen yang menghias busananya. Tersaji dalam warna pupus, kebaya kerancang dan batik tulis karyanya begitu pas dikenakan untuk acara malam.
 
Tiada yang mengira binatang bulus di tangan Novita Yunus bisa menjadi begitu menarik. Untuk labelnya Batik Chic, ia menggunakan teknik mozaik yang menghiasi tas dan motif batik pada sejumlah atasan. Selanjutnya show beranjak menuju Mahadevi. Mengangkat keanggunan batik tulis dengan kebaya bergaya none dan encim, sang desainer Herlin Vidya sukses menghidupkan gaya artistokrat dengan memilih material velvet yang didominasi rok berwarna hitam.
 
Keindahan taman bunga menjadi buah pikir Ayundavira untuk labelnya Artina. Namun ia memberi twist khas musim gugur dengan menaruh keindahan bunga flamboyan, kerak nasi, dan bungur di atas kain batik cap berwarna monokromatik. Kesan berbeda hadir pada Dara Baro karya Dimita Agustin. Busana asimetris yang luwes berpadu dalam warna metalik, seperti emas dan tembaga, serta aksesori berbentuk kupu-kupu.
 
Sepaham dengan dua desainer sebelumnya, Pradipta by Nita Seno Adji memilih material ringan, seperti organza, sutra, tafetta dan renda tule, yang dipercantik bordiran bunga di hampir seluruh busana. Mendekati akhir show, desainer Inez Mardiana untuk labelnya Jasmine Teas menyajikan kebaya berwarna hitam berhiaskan bordir sirih kuning dan kupu-kupu, yang dipadukan dengan sarung yang dijadikan rok panjang.
 
Rumah Betawi karya Emma Damayanti hadir di akhir parade, dengan mengetengahkan gaun malam sebagai sajian utama. Bordiran bunga kembang teleng dan kerak nasi dalam warna hijau, merah muda dan emas menjadi penutup yang sempurna fashion show Dekranasda tahun ini di Jakarta Fashion Week.
 
Penulis: Asep Mukarom