Merayakan Semangat dan Daya Baru di Industri Mode lewat Fashion Force Award 2025

Sejak pertama kali digelar pada 2008, Fashion Force Award (FFA) telah menjadi laboratorium dan panggung prestisius bagi para jenama lokal yang sedang mencari batu loncatan untuk meluncurkan namanya di industri mode Indonesia. Inisiatif oleh Jakarta Fashion Week ini juga dihadirkan sebagai wadah penggerak regenerasi bagi industri mode yang selalu haus akan ide-ide baru.

Tahun ini, Fashion Force Award kembali menjadi sorotan dalam perhelatan Jakarta Fashion Week 2026, menghadirkan tujuh jenama terpilih hasil kurasi ketat oleh dewan juri yang terdiri dari para pelaku industri mode terkemuka. Tujuh finalis tersebut terbagi menjadi empat jenama ready-to-wear dan tiga jenama aksesori yang dinilai memiliki visi kreatif yang bukan hanya unik tapi juga memiliki konsep kuat serta dapat bersaing di dalam koridor bisnis industri mode.

Identitas Jenama sebagai Kunci Keberhasilan

Perjalanan para finalis dimulai sejak Juli 2025, ketika Wander etc, RUMME, dan SYMA. utilise (kategori aksesori), serta White Noise FM, Club of Nobody, St Yarra, dan See You at One (kategori ready-to-wear) diumumkan sebagai finalis resmi.

Mereka kemudian melewati dua tahap asesmen mendalam, mulai dari presentasi identitas jenama di mana mereka diminta menjelaskan konsep dan narasi yang ingin mereka sampaikan, hingga penilaian atas setengah look dari koleksi mereka, sebelum akhirnya tampil secara utuh di panggung JFW 2026 pada Selasa, 28 Oktober 2025.

Di malam penuh antisipasi tersebut, masing-masing jenama mempersembahkan enam look yang mewakili DNA dan arah kreatif mereka. Di sisi yang lain, para juri terlihat memerhatikan dengan fokus tinggi presentasi oleh setiap perancang. Deretan juri terdiri dari nama-nama terkemuka di industri fashion maupun kreatif, seperti Cynthia Wirjono, Jessa Setiabudi, Lisa Malonda, Andandika Surasetja, Cissylia Stefani, Angga Allensyah, Aquinaldo Adrian, Michael Killian, dan Ida Ayu Astari Prada. Tugas mereka satu, yaitu menemukan dua jenama paling inovatif di antara tujuh finalis.

Finalis Kategori Aksesori

Penampilan para finalis aksesori dibuka dengan energi tinggi dari Wander etc, jenama sepatu yang dikenal dengan pendekatan classic hybrid. Koleksi bertajuk ‘Wayfinder‘ yang mereka tampilkan dibuka diawali dengan menawan oleh alunan suara terompet yang dimainkan secara langsung.

Dihadirkan lewat showmanship teatrikal, lengkap dengan potongan lanskap kota Jakarta dan model dalam balutan warna-warna monokrom, semua mata seketika tertuju pada alas kaki. Bentuk seperti bowling shoes dan ballet sneakers menjadi bintang utama dalam parade ini, menampilkan gaya urban dan craftsmanship yang matang.

Ballet sneakers dan Bowling sneakers dalam koleksi ‘Wayfinder’.

Berikutnya, SYMA. utilise memikat lewat koleksi ‘Resonance‘, menyoroti fungsionalitas yang berpadu apik dengan desain yang cantik. Menghadirkan berbagai work bag dan moon sling bag, SYMA. utilise menampilkan enam model yang merepresentasikan beragam profesi, menciptakan resonansi visual antara inspirasi kehidupan nyata dan karya kreatif.

Berbagai bentuk tas dari koleksi ‘Resonance’ dari SYMA.

Sementara itu jenama RUMME memancarkan keanggunan etnis melalui perhiasan dengan detail menyerupai lelehan logam perak dan emas. Koleksi ini menampilkan bentuk-bentuk familiar seperti kembang goyang dan tusuk sanggul dalam sentuhan kontemporer yang chic. Untaian perhiasan turut dihadirkan oleh muse Rania Yamin, seorang influencer yang merupakan keturunan dari Kraton Mangkunegaran. Pilihan-pilihan kreatif ini sejalan dengan visi RUMME yang ingin mempopulerkan warisan budaya dengan pesona modern.

Finalis Kategori Ready-to-Wear

Dalam kategori ready-to-wear, St Yarra tampil menawan lewat koleksi ‘Hues of Her’ sebuah persembahan personal yang terinspirasi dari sosok sang ibu. Dengan paduan warna cool seperti dalam metallic top dengan aksen shimmer, atasan dengan tekstur ribbed, dan cape, St Yarra menghadirkan keelokan yang feminin. Palet lembayung senja yang hangat juga hadir dalam gaun layered dihiasi embellishment berbentuk metallic teardrop, sepotong busana yang seakan dirancang untuk momen santai dan merefleksikan keindahan alam.

Dari Singapura, See You at One membawa semangat kolaborasi regional ASEAN dengan gaya streetwear fungsional. Koleksi mereka yang terinspirasi dari konsep ‘Clash and Continuity’ menghadirkan warna-warna biru hijau subdued, material gore-tex, dan aksen utilitarian yang mencerminkan ketahanan. Elemen seperti hidden pockets juga dihadirkan untuk menunjang fungsionalitas dan dinamisme. Bergabungnya See You at One sebagai jenama pertama dari luar Indonesia dalam FFA 2025 menjadi bukti bahwa mode dapat menjadi sebuah jembatan yang menghubungkan Indonesia dengan dunia global. 

Jenama White Noise FM menampilkan koleksi Fe [FIFTHePOCH] yang berangkat dari konsep Iron Age di puisi ‘Myth of the Five Ages’ karya pujangga Yunani, Hesiod. Busana yang ditampilkan berakar pada utility wear dalam proses manufaktur besi. Dalam balutan warna-warna industrial, jenama ini menciptakan nuansa futuristik yang kuat. “Partisipasi di JFW membuat kami berpikir lebih holistik, bukan hanya soal menjual, tapi bagaimana menyampaikan ide dan konsep secara utuh,” ujar Dekza, sosok kreatif di balik White Noise FM sebelum show dimulai. 

Koleksi ‘Iron Age’ dari White Noise FM.

Finalis keempat, Club of Nobody, mengusung koleksi ‘Finished Unfinished’ yang menonjolkan keindahan dalam ketidaksempurnaan.  Koleksi ini menampilkan siluet-siluet kekinian dalam struktur barrel pants, work jacket, dan jersey dalam style Y2K. Vivian, salah satu sosok dibalik jenama ini, mengutarakan visinya bahwa mereka ingin menjadikan imperfection sebagai suatu seni yang dapat diadaptasi dalam keseharian. Suatu filosofi yang segar di tengah arus dunia digital yang dipenuhi manipulasi untuk menciptakan kesempurnaan.

Selama fashion show berlangsung, para penonton yang didominasi keluarga, teman, dan pendukung para desainer yang menjadi finalis, tampak riuh bertepuk tangan memberi apresiasi bagi karya-karya yang ditampilkan. Dalam kemeriahan tersebut, terselip harapan agar jenama-jenama dukungan mereka dapat terus melangkah maju memasuki babak baru di panggung prestisius Jakarta Fashion Week.

Walau masing-masing jenama sejatinya telah menjadi pemenang karena sudah berhasil menunjukan kompetensi dan pemahaman mendalam akan arah mode kontemporer, di penghujung pergelaran hanya dua yang dinobatkan sebagai jenama yang telah membawa inovasi terbaik di tahun 2025 ini. Kedua jenama tersebut adalah Wander etc sebagai Fashion Force Awards’s Most Innovative Local Accessory Brand dan White Noise FM sebagai Fashion Force Award’s Most Innovative Local Ready-to-Wear Brand.

Selama hampir dua dekade, Fashion Force Award telah melahirkan deretan nama yang kini menjadi pilar industri mode nasional, mulai dari Jan Sober (2010), Studio Moral (2016), hingga KLE (2020). Mereka adalah bukti nyata bagaimana program ini berperan penting dalam memetakan ekosistem mode yang dinamis dan berkelanjutan.

Melalui FFA 2025, Jakarta Fashion Week terus menghembuskan harapan untuk lahirnya regenerasi kreatif bagi jenama lokal, agar tidak hanya eksis di panggung nasional tapi juga secara global. Bagai sebuah rumah dengan dukungan penuh dari komunitas mode, media, dan industri yang solid, JFW terus menjadi katalis, ruang aman dan menantang bagi para perancang dan label yang dituntut untuk memiliki daya tahan, daya jual, dan daya cipta.

Dapatkan info terkini seputar pergelaran Jakarta Fashion Week 2026 di situs ini, juga bisa klik media sosial resmi Jakarta Fashion Week berikut ini: Instagram, Facebook, TikTok, Twitter, dan Pinterest. (JFW)