News

Warisan Nusantara di Jakarta Fashion Week 2018

Monday, 26 Feb 2018

by Ziggy Zeircka



Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman; mulai dari suku, bahasa, kuliner, hingga tentunya kain tradisional.

Tugas kita semua untuk melestarikan semua warisan budaya ini, dan untuk urusan kain tradisional, tentunya tangan-tangan para desainer Tanah Air bisa menjadi andalan.

Jakarta Fashion Week 2018 mengusung tema “Bhinneka dan Berkarya,” dan seperti disampaikan oleh Svida Alisjahbana, Ketua Umum JFW, di perayaan yang ke-10, JFW merangkum esensi dari bangsa Indonesia yang selalu mementingkan keberagaman dalam berkarya.

Dan sejumlah karya yang hadir di runway JFW 2018 mengolah kekayaan kain tradisional, antara lain seperti berikut.

1. Pop U by Populo Batik - Batik Parang
Pop U by Populo Batik di show Blibli.com mengusung tema “Rooted Transformation”; yang ditansformasi adalah kain batik Jawa tradisional menjadi fashion item yang lebih modern. Misalnyam batik Jawa dengan motif batik Parang.

Batik Parang adalah salah satu motif batik tertua di Indonesia. ‘Parang’ diambil dari kata 'pereng', simbol mata parang yang berbentuk seperti huruf S melambangkan kekuasaan, kekuatan, dan semangat. Oleh Pop U, motif batik Parang bertransformasi menjadi dress cantik yang memberikan kesan playful.


2. Lulu Lutfi  - Kain Lurik
Kata lurik berasal dari Bahasa Jawa lorek yang berarti garis-garis, lambang kesederhanaan. Sederhana dalam penampilan maupun dalam pembuatan namun sarat dengan makna.

Lurik menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997) adalah suatu kain hasil tenunan benang yang berasal dari daerah Jawa Tengah dengan motif dasar garis-garis atau kotak-kotak dengan warna-warna suram yang pada umumnya diselingi benang warna-warni.

Kata lurik juga bisa berasal dari akar kata rik yang artinya garis atau parit, yang dimaknai sebagai pagar atau pelindung bagi pemakainya. 

Di JFW 2018, Lulu Lutfi Labibi menyajikan koleksi gaya kasual yang lebih glam dari lurik. Misalnya dress simpel dengan kerah tinggi ini, dan dalam siluet seakan tanpa batas, ciri khas Lulu. Tanpa meninggalkan kesan sederhana dari kain lurik, dress ini memberikan tampilan edgy bagi pemakainya.

 
3. House of Shiloh – Tenun Dayak Iban
Motif pada tenun Dayak Iban adalah persepsi tentang alam dan pengalaman spiritual para leluhur, sehingga setiap motifnya mengandung memori yang harus terus dijaga agar generasi mendatang memahami kehidupan para nenek moyangnya.

House of Shiloh sukses menyulap kain Serat Ubong Dayak Iban menjadi terusan trendi yang cocok digunakan pada kesempatan formal maupun informal.



4. Lekat - Tenun Baduy
Seperti kebanyak kain tradisional lainnya yang motifnya terinspirasi kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar, tenun Baduy juga adalah merupakan ungkapan estetika dan alam sekitar Pegunungan Kendeng, tempat masyarakat Baduy bermukim.

Lekat berusaha mengembangkan pemakaian tenun Baduy agar lebih mudah untuk digunakan sehari-hari, misalnya dalam bentuk outerwear ini, dalam warna krem yang sedang digandrungi, ditambah nuansa jingga untuk kesan lebih ceria.
 

5. Barli Asmara - Batik Jambi
Barli Asmara mengangkat kain Jambi dalam berbagai motif untuk salah satu koleksi yang disajikan di JFW 2018 dalam show bertajuk “Jambi Kain Negeriku.”

Untuk untuk atasan edgy yang dipadukan rok cantik beraksen tutu ini, Barli Asmara menggunakan motif Kuao Berhias. Motif ini menggambarkan burung kuao yang tengah bercermin sambil mengepakkan sayap, yang dimaknai sebagai pengenalan diri. Dengan mengenal diri, diharapkan seseorang dapat menyempurnakan bagian-bagian dalam diri yang kurang pantas.


Penulis: Ziggy Zeircka
Foto: Image.net/Jakarta Fashion Week 2018