News

Svida Alisjahbana: Optimisme akan Ledakan Kreativitas di Jakarta Fashion Week 2023

Tuesday, 18 Oct 2022

by Gracia Danarti

Jakarta Fashion Week 2023 yang akan digelar pada 24-30 Oktober 2022 di Pondok Indah Mall 3, dipastikan menjadi pekan mode paling berpengaruh di Indonesia dengan mengusung kampanye yang menjadi tema besar: Fashion Reformation.Tidak sekadar perubahan yang biasa, transformasi yang cukup dinamis terjadi di semua lini kehidupan menciptakan kreativitas baru dan pergerakan mode ke arah berbeda. 

 

Menjurus Reformasi Mode

Fashion Reformation adalah ide yang memiliki makna yang dalam dan merefleksikan kondisi dunia beberapa waktu belakangan ini. Dunia seperti tersaput awan gelap ketika dihantam pandemi COVID-19. Banyak hal harus tiarap bahkan berhenti. Mal-mal tutup, dunia retail ambruk, dan masyarakat terpaksa di rumah saja serta menaati protokol kesehatan secara ketat. Gelaran Jakarta Fashion Week yang selama 12 tahun diadakan dengan gegap gempita di mal premium di jantung ibukota pun tak mungkin lagi dilakukan secara offline.

(Foto: Svida Alisjahbana, CEO GCM Group dan Chairman Jakarta Fashion Week )

Namun, takluk pada kondisi pandemi bukan cara yang dipilih Svida Alisjahbana. CEO GCM Group dan Chairman Jakarta Fashion Week itu melihat memang ada perubahan dalam gerak dunia yang terkesan muram, tapi ada semburat cahaya di sisi lain. Dunia mode khususnya di Indonesia tetap bergerak. Secara mengejutkan tren-tren bermunculan, terutama lounge wear, dan orang-orang yang bergerak di dunia mode pun secara kreatif menciptakan karya, kebutuhan, dan akses bagi konsumen. Peran reseller dan ‘jastip’ bermunculan dengan pesat dan menjadi sangat kuat.  

  

“JFW melihat bahwa fashion akan terus bergulir. Kebutuhan manusia itu urutannya sandang, pangan. Artinya, selalu ada kebutuhan untuk sandang. Itu yang membuat kami tetap menjalankan JFW 2021 (tahun 2020) dan JFW 2022 (tahun 2021). Dilakukan secara online, sangat terasa penyelenggaraannya jauh lebih casual,” kata Svida.

 

Pengalaman pertama menggelar JFW tanpa runway spektakuler dengan total puluhan ribu penonton tentu menimbulkan rasa waswas; berapa orang yang akan tertarik menonton dan bagaimana presentasinya? “Jujur saya degdegan. Kami benar-benar terjun bebas. Kami harus berkolaborasi dengan semua mitra digital platform, menerjemahkan apa artinya pindah ke digital. Tidak perlu bikin live show, let’s have a plan!” kata Svida, yang mengibaratkan JFW di masa pandemi sebagai pabrik konten.

 

Selain perencanaan, lanjut Svida, ada strategi media planning yang memonitor pergerakan konten. Semua platform digital dan sosial media JFW dihidupkan dengan dibanjiri konten-konten. Hasilnya di luar dugaan, jauh melebihi ekspektasi. Pencapaian paparan konten (impressions) saat pandemi ini luar biasa. Sebagai catatan, total paparan konten pada JFW 2021 adalah 97 juta lebih, dan pada JFW 2022 melesat di angka nyaris menembus 370 juta. Paparan konten di media sosial dan penunjang-penunjangnya semakin diperkuat oleh penggunaan tagar. 

 (Foto: Koleksi Iwan Tirta di Jakarta Fashion Week 2021)


Bagaimana dengan antusiasme penonton live streaming? Jumlah penonton membludak dari seluruh Indonesia karena jangkauannya jauh lebih luas. Jika pada JFW 2021 jumlah penonton live streaming adalah 2,8 juta, maka di tahun berikutnya naik ke angka 3,3 juta. Total yang menonton (views) JFW 2020 dari 31 juta, meroket ke angka 60 juta di tahun berikutnya. Bermitra dengan Lazada, transaksi penjualan produk fashion karya perancang mode pun melesat mencapai angka miliaran dalam waktu singkat. 

 

Memasuki tahun 2022, dunia mulai kembali ke kehidupan normal. Tren mode bergerak lagi menuju ‘normal’. JFW 2023 pun dirancang untuk digelar secara offline lagi. Namun, ini tidak lagi sama dengan gelaran offline di tahun 2019 lalu. JFW yang biasanya diadakan di mal seputar Senayan, kini memiliki rumah baru di Pondok Indah Mall 3. Belajar dari masa pandemi, tidak hanya secara offline, JFW 2023 yang digelar pada 24-30 Oktober 2022 akan disiarkan juga secara online melalui JFW.TV.com, YouTube, Instagram, TikTok, Vidio.com, dan MAXStream. 

 

“Kami memiliki pelajaran dari tahun pertama hingga ke-12, selalu sukses engage dengan audiens, membawa fashion Indonesia ke dunia. Datang COVID-19 kami justru lebih bisa terlibat dengan audiens secara digital dan maksimal, selama 2 tahun kemarin. Di tahun 2022, kami bisa kembali menghadirkan pergelaran secara offline dan mempersembahkan kreativitas secara langsung, tapi juga secara online di semua digital platform JFW, sehingga komunikasinya tidak terbatas,” ungkap Svida. 

 (Foto: Koleksi Jeffry Tan di Jakarta Fashion Week 2022)


Rumah bagi Semua Style dan Talenta

Sejak awal digelar di tahun 2007, JFW adalah platform bagi perancang mode dan industri mode untuk menciptakan interpretasi dan mendefinisikan tren ke depan. Runway JFW selalu menjadi panggung yang menyajikan karya-karya terbaik dan visioner perancang-perancang Indonesia. 

 

“Tentu terjadi pergeseran tren. Dengan kembali ke kondisi normal, kita tidak lagi hanya memakai leisurewear. Apakah harga-harga produk fashion yang ditawarkan akan tetap sama? Mungkin tidak. Rentang harganya panjang. Ada yang mampu membeli demi-couture, ada yang nikmat dengan berbelanja pakaian yang harganya terjangkau. Artinya, kami di JFW harus peka terhadap needs and wants dari pasar,” kata Svida. 

 (Foto: modest wear Jakarta Fashion Week 2022)


Karena itu, JFW menghadirkan koleksi-koleksi yang beragam. Dari yang harganya 200 ribuan rupiah, hingga ratusan juta rupiah. Dari pakaian siap pakai sampai busana pesta mewah edisi terbatas dan gaun pengantin. “JFW menjadi rumah bagi semuanya, apakah itu busana kontemporer, modest wear, baju sehari-hari, maupun untuk pesta. Dari ready to wear, premium ready to wear, luxury ready to wear, sampai couture (adibusana). Semuanya memiliki peran untuk menentukan tren,” kata Svida. 

 

JFW juga telah menjadi rumah bagi perancang mode dari setiap level. Mereka yang sudah ternama dan mapan berbagi panggung dengan talenta-talenta muda yang merupakan bibit-bibit regenerasi, sama-sama menawarkan tren mode terbaru dalam versi masing-masing. Kehadiran mereka penuh corak dan warna, namun terkurasi dengan sangat baik di JFW. 

 (Foto: Koleksi Major Minor di show Dewi Fashion Knights, JFW 2022)


Beberapa penghargaan dan kompetisi digelar secara rutin sebagai media kurasi. Dewi Fashion Knights persembahan majalah Dewi merupakan apresiasi bagi perancang-perancang yang sudah mapan dan paling berpengaruh, sementara Fashion Force Award diberikan kepada perancang-perancang muda atau label-label yang baru beberapa tahun berdiri namun memiliki koleksi kreatif dan menjadi pembicaraan pencinta mode, serta inovatif menciptakan akses ke pasar. 


Penghargaan lainnya adalah Pia Alisjahbana Award tiap 5 tahun sekali, diberikan kepada perancang yang dianggap melakukan terobosan-terobosan paling hebat. Dan tahun ini, Pia Alisjahbana Award diwujudkan ke dalam Modest Fashion Award, karena terobosan-terobosan yang dilakukan label dan perancang modest wear Indonesia belakangan ini dianggap luar biasa. 

 

Perancang-perancang yang mulai berkembang pun mendapat tempat untuk unjuk karya melalui beberapa kompetisi, yakni Lomba Perancang Mode, Lomba Perancang Mode Menswear, dan Lomba Perancang Aksesori, yang diadakan secara bergantian tiap tahunnya. Karya-karya para finalis pun ditampilkan di runway bergengsi JFW. Tahun ini, akan tampil karya-karya finalis LPMM dan LPA. “JFW merayakan talenta-talenta. Kita ingin semua talenta terangkat. Ini salah satu ciri JFW, memberi ruang seluas-luasnya bagi semua bakat dan mengangkatnya,” kata Svida.

 

Selalu Relevan

JFW digelar 15 tahun lalu berangkat dari ketidakpuasan dari para pemimpin di Femina Group saat itu, salah satunya Svida, terhadap landscape mode di Indonesia. “Ketika itu kami melihat kurangnya dorongan media untuk menyoroti dan mengangkat ke permukaan bakat-bakat di dunia mode. Saya sendiri merasa gemas, katanya orang-orang Indonesia kreatif, punya banyak perancang mode. LPM sendiri punya ratusan alumni (pemenang), karena sudah diadakan sejak tahun 1979 (diinisiasi oleh Femina Group). Namun mereka tidak terekspos oleh media lokal, apalagi internasional,” ungkap Svida.

 

Lalu, apa yang membuat JFW bisa bertahan hingga saat ini? “Relevan. JFW selalu relevan dengan kondisi yang terjadi di tiap masa. Waktu terus bergulir dan terjadi perubahan-perubahan, dan kami harus terus relevan. Sebagai contoh, saat ini TikTok adalah masanya, kita embrace TikTok. Fashion audience TikTok pun jadi meningkat pesat. Itu kekuatan JFW, merangkul komunitas untuk mencintai fashion, memudahkan fashion lovers menjangkau kami, dan membuat orang-orang awam mencintai fashion. Jadi, masyarakat berkembang, kami pun demikian,” kata Svida. 

 

Konversasi mode yang tercipta di tiap masa itu pun menarik pihak-pihak lain untuk bermitra dengan JFW. Selain fashion brands, selama bertahun-tahun JFW menjalin kemitraan dengan institusi-institusi internasional. Tahun ini, dipastikan Korea melalui KOCCA (Korea Creative Content Agency) dan Kedutaan Besar Australia di Indonesia mendukung JFW dan menghadirkan perancang-perancang pilihan mereka. 

 

Relevansi itu juga tampak pada strategi pemasaran produk-produk fashion sepanjang JFW. Fashionlink pop-up-store dihadirkan untuk menjangkau langsung khalayak yang ingin memiliki produk-produk mode dan kecantikan dari JFW. Kali ini, Fashionlink pop-up store berada di atrium PIM 3 lantai 3 juga di LazMall untuk akses belanja online. Dengan feature See Now Buy Now, penonton bisa membeli langsung produk fashion saat berlangsungnya 2 live show dari Lazada di platform Lazada, yang tentu dibanjiri penawaran-penawaran menarik. Dan, Dewi’s Luxe Market yang merupakan pasar mode dan kecantikan premium dihadirkan untuk kedua kalinya tahun ini, memberikan pilihan-pilihan produk edisi terbatas dan terkurasi sesuai tren yang diusung perancang.   

 
 (Foto: Koleksi Sejauh Mata Memandang di Jakarta Fashion Week 2023)


Ledakan Kreativitas

Suasana baru tentu memunculkan kreativitas dan harapan baru. Svida mengungkap, di rumah barunya di Pondok Indah Mall 3, presentasi runway dan seluruh lokasi penyelenggaraan JFW 2023 akan berbeda, lebih segar, dan kekinian berkat kerja sama erat dengan Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII). JFW juga memudahkan penonton yang ingin hadir ke acara show melalui kerja sama dengan MRT dan dukungan Mazda. Selain itu, kehadiran L’Oreal Professionnel yang sudah 10 tahun memberikan dukungan diharapkan selaras mengusung tren tatarias dan rambut terbaru di panggung JFW 2023. Begitu pula dengan produk kecantikan lokal Wardah dan Make Over.  

 

“Saya berharap JFW 2023 akan ‘meledak’ dalam arti seutuhnya. Ledakan dalam jumlah penonton yang hadir secara offline di Pondok Indah Mall 3 maupun secara online di berbagai digital platform. Juga, ledakan dari sisi kreativitas, apa yang tidak terpikirkan sebelumnya akan tersaji di JFW 2023. Saya juga berharap akan ada ledakan-ledakan pada karya-karya para perancang dan penjualan produk mereka di JFW 2023. Selama 2 tahun pandemi, desain-desain cenderung begitu-begitu saja, sekarang menemukan kebebasan. Saya pikir, sekarang kreativitas perancang akan jauh lebih berani,” ungkap Svida, optimistis. 

 

Ledakan-ledakan itu adalah hasil dari transformasi yang dinamis, kreativitas baru, regenerasi, dan pergerakan mode ke arah berbeda. Inilah Fashion Reformation

 

Nantikan terus info terkini seputar pergelaran Jakarta Fashion Week 2023 di situs ini dan JFW.TV, juga bisa klik saja media sosial resmi Jakarta Fashion Week berikut ini: InstagramFacebookTikTokTwitter, dan Pinterest. (JFW)

 

Baca juga: 

Ratusan Perancang Mode Nasional dan Luar Negeri Akan Meriahkan Jakarta Fashion Week 2023

Jakarta Fashion Week 2023 Siap Digelar Secara Offline dan Online

Temukan Label-Label Ready to Wear Favorit dan Aksesori Terkini di Fashionlink JFW 2023

Dewi’s Luxe Market Tawarkan Pengalaman Berbeda Belanja Produk Fashion Premium

Jakarta Fashion Week 2023 Dengungkan Kampanye ‘Fashion Reformation’

Jacey & Viknes, Wajah Generasi Baru Mode Tanah Air
 

Foto: Dok. JFW