News

8 Desainer Indonesia Fashion Forward Pamer Karya di Pekan Mode Dunia

Tuesday, 7 Mar 2017

by Zea Zabrizkie

Jakarta Fashion Week (JFW) memegang teguh komitmennya untuk melambungkan desainer-desainer Indonesia – khususnya yang tergabung dalam program inkubasi Indonesia Fashion Forward (IFF) – ke kancah mode internasional. Awal tahun 2017, merek LEKAT atau Lekat Di Hati menampilkan karyanya dan karya kolaboratifnya dengan desainer Inggris, Billie Jacobina, di ajang Fashion Scout London yang merupakan bagian dari rangkaian London Fashion Week. Tidak mau ketinggalan, tujuh desainer IFF lain juga akan unjuk gigi di empat ajang internasional yang berbeda.
 
“Kesuksesan tahun-tahun sebelumnya dan pesatnya perkembangan bisnis para desainer nasional membuat para mitra internasional semakin gencar melakukan kolaborasi, terutama dengan para desainer IFF. Kolaborasi pun semakin meluas tahun ini, dengan berbagai organisasi dan institusi yang memiliki visi dan tujuan sama dengan JFW, yaitu untuk mengembangkan dunia mode Tanah Air,” ungkap Lenni Tedja, Direktur JFW. “Misi terpenting adalah membawa desainer-desainer Indonesia tersebut ke kancah internasional setiap tahunnya.”
 
Ketujuh desainer IFF yang akan berangkat dalam misi diplomasi mode ini adalah Novita Yunus yang akan tampil di Amazon India Fashion Week Autumn/Winter 2017, I.K.Y.K dan Peggy Hartanto di Virgin Australia Melbourne Fashion Festival 2017, Rani Hatta dan BATEEQ di Amazon Fashion Week Tokyo 2017, serta Ria Miranda dan SOE Jakarta di Seoul Fashion KODE Fall/Winter 2017.



Penampilan koleksi Novita Yunus, Generasi Kedua Indonesia Fashion Forward, di panggung Amazon India Fashion Week Autumn/Winter 2017 pada 15 Maret 2017 mendatang di Jawaharlal Nehru Stadium, New Delhi, merupakan bagian dari kemitraan tahun pertama antara JFW, Kedutaan Besar India di Jakarta, dan Fashion Design Council India yang mengelola pekan mode tersebut. Selain menjadi desainer Indonesia pertama yang memamerkan sekitar 22 tampilan dari koleksi busana wanitanya, Novita Yunus pun akan berpartisipasi dalam trade show yang berlangsung sepanjang pelaksanaan pekan mode itu pada tanggal 15-18 Maret 2017.

Persiapan Novita Yunus untuk ajang ini terbilang panjang. Wanita yang identik dengan penggunaan kain dan teknik tradisional dalam proses ciptanya ini bertekad menunjukkan kualitas tekstil yang ramah lingkungan dengan kualitas prima dari Nusantara. Mengusung tajuk "Bumi dan Langit", kain yang digunakan diproses dengan teknik pewarnaan eco-printing. Teknik ini mengunci warna dan motif daun agar melekat di kain, menciptakan motif yang unik, yang kemudian menjelma jadi koleksi yang didominasi siluet longgar berupa kaftan, abaya, dan palazzo. "Cukup ribet prosesnya. Pewarna yang diperoleh dari tumbuhan seperti Indigofera atau yang lebih dikenal sebagai tarum, daun jati, kayu putih, stroberi, dan jambu biji, dibaurkan pada cetakan dedaunan kering yang berasal dari daun-daun yang sudah gugur mau pun yang masih segar dari pohon jati, lalu ditempelkan pada kain untuk kemudian digulung dan dikukus selama kurang lebih dua jam," kenang Novita Yunus. 


Keikutsertaan I.K.Y.K dan Peggy Hartanto di Virgin Australia Melbourne Fashion Festival 2017 tak lepas dari kemitraan antara JFW dengan The Australia-Indonesia Center (AIC) dan Virgin Australia Melbourne Fashion Festival (VAMFF), yang telah memasuki tahun ketiga. Kemitraan yang dibentuk selama ini tak hanya semakin memperkuat hubungan Australia dan Indonesia di bidang fashion, tetapi juga sekaligus mengenalkan desainer-desainer label fashion Indonesia ke pasar Australia dan sebaliknya, label fashion Australia ke pasar Indonesia. Kedua label fashion IFF tersebut akan berbagi panggung Virgin Australia Melbourne Fashion Festival 2017 pada 15 Maret 2017 di Melbourne Town Hall.
 
I.K.Y.K atau I Know You Know, label fashion besutan Anandia Putri, adalah peraih Australia-Indonesia Centre Young Indonesia Fashion Designer Awards 2016, kompetisi yang juga merupakan hasil kolaborasi antara JFW dan AIC/VAMFF. I.K.Y.K yang merupakan label Generasi Keempat IFF dikenal dengan koleksi busana wanita bergaris desain kontemporer, modern, namun sederhana. Label ini sendiri pernah menampilkan karyanya di Seoul Fashion KODE. Banyak terinspirasi oleh selera fashion Asia, Anandia Putri mengakui, "Ada persiapan tersendiri dalam menghadapi audiensi publik Australia. Tapi untuk mengantisipasi selera pasar di musim gugur dan musim dingin sendiri kami sangat excited, karena mirip dengan konsep I.K.Y.K selama ini." Untuk koleksinya kali ini yang berjudul "BUMI", I.K.Y.K akan menampilkan teknik semacam quilt dengan palet warna tanah dengan konsep desain yang didominasi outer wear.

Sementara Peggy Hartanto yang menempuh pendidikan mode di Raffles College of Design and Commerce di Sydney, Australia, adalah bagian dari IFF Generasi Ketiga, sekaligus pemenang kedua Australia-Indonesia Centre Young Indonesia Fashion Designer Awards 2014. Gaun-gaun cocktail rancangan Peggy Hartanto sendiri identik dengan garis desain yang feminin dan detail cut-out, yang membuat tubuh pemakainya terlihat seksi, tetapi tetap elegan. Merek Peggy Hartanto sendiri sudah kerap tampil di berbagai pekan mode bergengsi, di mana saat ini untuk ke sekian kalinya, Peggy Hartanto, bersama dengan desainer IFF lain, yaitu TOTON, Sean and Sheila, dan Major Minor, memamerkan karyanya di AQ Market Paris.


Juga akan berbagi panggung, Rani Hatta dan BATEEQ akan tampil di Amazon Fashion Week Tokyo 2017, yang berlangsung pada 20-25 Maret 2017, berkat kemitraan yang sudah terjalin selama empat tahun antara JFW dan Japan Fashion Week Organization. Kedua desainer IFF Generasi Kelima tersebut akan menampilkan koleksi busana wanita rancangan terbaru mereka, mengikuti jejak ByVelvet dan Norma Hauri yang berpastisipasi di Fashion Week Tokyo tahun lalu. Kemitraan antara JFW dan Japan Fashion Week Organization sendiri sudah disaksikan oleh publik Indonesia lewat kolaborasi antara Suzuki Takayuki dengan BATEEQ.

Untuk mempersiapkan labelnya, Michelle Tjokrosaputro mengungkapkan bahwa koleksi BATEEQ kali ini terinspirasi dari sosok Cut Meutia, seorang pahlawan wanita Indonesia asal DI Aceh. Pribadi Cut Meutia yang kuat dalam mengemban perannya sebagai istri, ibu, sekaligus pejuang kemerdekaan dalam arti sebenarnya akan dituangkan dalam koleksi yang akan terbagi dalam 24 tampilan ini nantinya. "Selain desain, kami juga dibekali strategi bisnis dan pemasaran tersendiri. Untungnya BATEEQ mendapat banyak bantuan dari para mentor yang terlibat dalam inkubasi Indonesia Fashion Forward, salah satunya Centre for Fashion Entreprise London," ungkap Michelle Tjokrosaputro.

Sedangkan menurut Rani Hatta, kesempatan ini merupakan kejutan tersendiri baginya. "Merek saya ini baru seumur jagung, tapi begitu bergabung dengan IFF, tawaran tampil di luar negeri langsung ada. Pertama di BIFF&BIL Thailand, lalu tiba-tiba saja, Bu Lenni Tedja mengabari saya untuk ikut ke Jepang. Ditambah lagi, fashion director untuk peragaan nanti itu yang biasa menangani Yohji Yamamoto. Saya merasa sangat beruntung," ujar Rani. Koleksi yang akan dibawa ini nantinya banyak terinspirasi dari warisan lurik khas Jowo Karyo yang merupakan motif khas kota kelahiran Rani Hatta, yaitu Yogyakarta, yang dituangkan di bahan-bahan seperti nylon dan sejenisnya. Siluet urban yang masih mempertahankan kesan modest wear khas Rani Hatta sendiri akan diambil dari zebra cross yang selalu ramai dengan berbagai karakter perkotaan.
 
Tak hanya itu, berkat kolaborasi antara IFF dan HIDA (Asosiasi Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Industri Luar Negeri) – organisasi Jepang untuk pengembangan sumber daya manusia di negara-negara berkembang dan mempromosikan kerja sama teknis melalui pelatihan, dan program lain – Rani Hatta dan Bateeq pun akan mengikuti pelatihan untuk mempelajari industri fashion di Negeri Matahari Terbit itu. Selama 2 minggu (10-21 Maret 2017), Rani Hatta dan Bateeq akan mempelajari strategi produksi dan pemasaran yang dilakukan oleh para desainer Jepang selama ini, budaya dan pasar Jepang, termasuk tren tekstil dan fashion Jepang. Pelatihan tersebut diharapkan dapat menjadi bekal bagi desainer Indonesia untuk memasuki pasar Jepang yang memiliki iklim pasar serupa.
 

Panggung mode Seoul Fashion KODE Fall/Winter 2017 yang berlangsung pada 28-30 Maret 2017 di Prugio Valley, Gangnam, Korea Selatan, akan turut diramaikan oleh penampilan koleksi terbaru Ria Miranda dan SOE Jakarta. Keterlibatan kedua desainer IFF generasi keempat itu dalam perayaan budaya-mode Korea tersebut merupakan hasil kerja sama antara JFW dengan Korean Cultural Center (KCC)  dan Korea Creative Content Agency (KOCCA) yang telah berlangsung selama empat tahun. Ini merupakan keempat kalinya desainer Indonesia tampil di panggung Seoul Fashion KODE, untuk memasuki pasar mode Korea. Selain fashion show, mereka juga akan berpartisipasi dalam trade show, yang berlangsung sepanjang Seoul Fashion KODE Fall/Winter 2017.
 
Penampilan SOE Jakarta sendiri di Seoul Fashion KODE tahun ini adalah yang kedua kalinya, setelah kesuksesannya dalam merebut perhatian para buyer yang menghadiri berbagai peragaan mode yang digelar di ajang tersebut pada pertengahan Oktober 2016 lalu. Kolaborasi dengan Rosella May asal Inggris yang banyak mengusung bahan denim sepertinya menyisakan kesan desain tersendiri, karena Monique Soerjaatmadja, desainer SOE Jakarta, mengungkapkan bahwa koleksi kali ini akan didominasi penggunaan bahan denim dan korduroi. "Yang pasti masih terinspirasi dengan garis-garis desain dan motif-motif Betawi, apalagi labelnya saja namanya SOE Jakarta. Banyak penggunaan denim dan korduroi, tapi melalui proses tenun yang dilakukan oleh penenun lokal, dan nantinya akan menggunakan teknik quilt, crisscross, dan semacamnya, " tutup Monique.



Penulis: Zea Zabrizkie