News

Harapan Mode Berkelanjutan Yang Mulia Ratu Silvia dari Swedia

Tuesday, 23 May 2017

by JFW

Kunjungan Raja beserta Ratu Swedia yang pertama kalinya ke Indonesia merupakan kesempatan emas untuk menjalin kerja sama yang lebih dalam, termasuk dalam bidang ekonomi kreatif yang memang sedang digalakkan. Kedatangan Yang Mulia Ratu Silvia di Jakarta Creative Hub hari Selasa, 23 Mei 2017 lalu, juga merupakan bagian dari agenda tersebut. Disambut oleh Happy Djarot (istri dari Plt Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat), Svida Alisjahbana (CEO Femina Group), Annka Rembe (Sekretaris Jenderal Swedish Institute) berserta rombongan, Yang Mulia Ratu Silvia menyempatkan melihat hasil karya kreatif anak bangsa yang dipamerkan di Jakarta Creative Hub, serta hasil asimilasi produk Swedia yang terinspirasi dari Indonesia, misalnya batik kreasi IKEA.


Yang Mulia Ratu Silvia hadir dalam rangka kelas Fashion Forward, Fashion and Creativity in Indonesia and Sweden. “Kami sangat bahagia karena Ratu bersedia hadir dan mempererat kerja sama antara Indonesia dan Swedia untuk mengembangkan kreativitas dan ilmu pengetahuan antar dua negara. Terutama, terkait isu sustainable fashion, yang penerapannya sudah sangat maju di Swedia. Kami berharap, ke depannya sustainable fashion bisa jadi sesuatu yang menjadi lumrah pula di Indonesia,” tutur Svida Alisjahbana saat membuka workshop tersebut. Diinisiasi oleh Femina Group, kelas singkat ini menekankan pentingnya industri keberlanjutan dalam perkembangan ekonomi kreatif.


Sempat memperagakan keluwesannya menoreh malam dengan canting bersama Chitra Subyakto (Sejauh Mata Memandang), Sang Ratu mengungkapkan kekagumannya pada batik yang dinilai sebagai ciri khas Indonesia. “Saya senang dapat hadir di sini dan menyaksikan kreativitas yang ada di Indonesia, terutama di bidang fashion,” ujar Ratu Silvia dalam sambutan pembukaan. "Usaha tekstil dan fashion saat ini, secara global, berkembang dengan sangat pesat. Di Indonesia juga tidak ketinggalan. Apalagi, Indonesia memiliki banyak pekerja industri fashion sehingga dapat menciptakan peluang bisnis yang lebih besar lagi,” lanjutnya.


Beberapa produk Swedia, seperti Cheap Monday dan H&M Conscious pun turut dipamerkan untuk menekankan kecondongan industri menuju sustainable fashion. "Batik sangat menarik, apalagi karena bisa diproduksi secara natural. Saya berharap, fashion Indonesia bisa semakin maju dengan cara produksi seperti batik. Terutama untuk mengedepankan sustainable fashion yang begitu besar manfaatnya untuk lingkungan," tutur Yang Mulia Ratu Silvia.


Selain memuji kebudayaan dan kerajinan tangan dari Indonesia, Yang Mulia Ratu Swedia berharap banyak kerja sama yang bisa dijalin antara dua negara. Baik dalam bidang inovasi, riset, dan ilmu dan kreativitas yang terus berkembang. Sehingga menghasilkan berbagai produk yang beragam dengan perpaduan antara Swedia dan Indonesia. Ratu Silvia menilai, peluang bisnis yang begitu besar tidak menutup kemungkinan kerjasama antara Indonesia dan Swedia nantinya. “Industri mode di Indonesia sangat menginspirasi. Semoga semakin banyak produk yang menggabungkan unsur modern dan tradisi sebagai media menjaga kebudayaan sekaligus lingkungan,” tutup Yang Mulia Ratu Silvia.


Dalam kesempatan yang sama, sejumlah desainer Indonesia Fashion Forward turut hadir untuk menggali lebih dalam terkait sustainable fashion. Batik Chic dan Bateeq merupakan dua label yang ditunjuk untuk mempresentasikan kemajuan mereka dalam menerapkan sustainable fashion dengan skala manufaktur yang berbeda. Novita Yunus, creative director Batik Chic yang masih menggunakan produksi skala kecil nan intim, menerangkan perjalanan mereka mengembangan tekstil ramah lingkungan yang menyihir pasar India. Sedangkan Michelle Tjokrosaputro menjelaskan bagaimana menerapkan sustainable fashion dalam skala besar di sebuah pabrik, yaitu Dan Liris, yang merupakan induk dari label Bateeq. Tidak hanya dari segi lingkungan, hubungan dengan sumber daya manusia pun harus dijaga semaksimal mungkin.


 


Penulis: Zea Zabrizkie