News

Hari-Hari Bersama Industri Seni Bali (Bagian 3)

Tuesday, 15 Aug 2017

by JFW

Menilik perkembangan industri kreatif Bali, tidak hanya kreasi tradional saja, namun juga seni-seni modern kontemporer, termasuk dari bidang gastronomi, jadi tujuan eksplorasi JFW Factory and Cultural Visit kali ini.


Keramik dengan Kesadaran Sosial

Di lingkungan tropis dan kaya raya di Bali, Jenggala Keramik muncul sebagai industri kreatif yang eksperimental  eksperimental kecil ke perusahaan abad ke-21 yang unik. Berbagai seniman internasional dan lokal telah berkontribusi pada perkembangan Jenggala bersama dengan perspektif bisnis yang beragam secara global. Jenggala Keramik didirikan pada tahun 1976 di lingkungan Batujimbar di Bali. Pesisir Sanur jadi saksi perkembangan studio ini hingga akhirnya pindah ke Jimbaran pada tahun 1998. Sensibilitas berpikiran maju yang kuat membawa tiga pemikiran kreatif dari latar belakang yang berbeda.

Almarhum Brent Hesselyn, salah satunya, seorang seniman dari Selandia Baru yang mengkhususkan diri pada desain tembikar dan keramik. Semangatnya untuk budaya dan estetika Bali yang kaya serta visinya yang inovatif menghasilkan sensibilitas desain yang terbukti menyegarkan dan fungsional mempertemukannya dengan Almarhum Wija Waworuntu, seorang tokoh lokal hotel, membawa aspek bisnis yang berorientasi pada kreativitas Hesselyn. Ade Waworuntu, putri Wija, menyumbangkan pandangan dan pemikiran kontemporer yang sejalan dengan aspek sosial yang kuat terhadap produk yang akan dihasilkan Jenggala.


Banyak proses menarik yang bisa disaksikan, misalnya pembuatan clay stoneware, mulai dari proses handthrowing ke proses trimming utk pembentukan sebelum nantinya dikeringkan dan masuk sesi dekorasi. Setelahnya clay akan dibakar dua kali. Kami juga bisa melihat pembuatan 1602 dari 3000 karya keramik berbentuk bebatuan karang-karang tirual yang dibutuhkan oleh proyek Coral Triangle Center. Pusat keramik yang satu ini sudah sering mengekspor ke berbagai penjuru Asia, termasuk Jepang, juga Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa. Kebanyakan pelanggan mereka adalah hotel-hotel dengan gaya tropikal. Galeri Jenggala Ceramics juga menaungi berbagai potongan sejarah, misalnya piring keramik dari era Dinasti Jiajing (1522-1566) senilai Rp. 10.320.000,- .

 

Membangkitkan Petani Lokal

Menumbuhkan anggur dan membuat anggur di Bali, rumah dari garis lintang ke-8 membuat proses sekaligus produk Sababay Winery tak tertahankan menggodanya. Sababay terus meningkatkan kualitas produknya, untuk membuktikan bahwa produk-produk lokal bisa memiliki kualitas internasional. Disuguhkan sebagai bagian dari sajian Festival Film Cannes Tahunan ke-70 dengan mendapat tanggapan yang bagus, baru-baru ini Sababay's Pink Blossom juga telah memenangkan The Trophy Award, The Best Rose Wine dalam Korean Wine Challenge. Dan Sababay telah menerima Indonesia Most Creative Company pada tahun 2017 dari SWA.


Nama Sababay berasal dari Teluk Saba, tempat pengolahan anggur Sababay Winery bernaung. Bekerja sama dengan Asteroid R&D Vineyard, Ibu Mulyati Gozali, sang pemilik, membangun lokasi seluas tiga hektar dengan peralatan pemrosesan anggur yang diimpor dari Perancis, tangki baja anti-karat untuk fermentasi dengan pengatur suhu dari Indonesia, dan pengemas botol otomatis dari Itali. Semua produk disimpan di pendingin, setelah melewati proses kontrol kualitas di laboratorium, ke semuanya di lokasi yang sama. Pabrik ini juga memiliki pengaturan limbah padat dan cair yang berkelanjutan demi mempertahankan kelestarian alam.

Anggur yang sudah mencapai pasar Singapura, Paris, dan Wina ini dimulai dari buah anggur yang dipanen pagi-pagi sekali. Setelahnya, buah-buah kecil ini akan dipisahkan dari tangkainya dan dicuci. Setelah proses pemerasan dengan mesin tekan, anggur akan difermentasikan selama 1-2 minggu dalam tong berpengatur udara berukuran 20.000 liter. Temperaturnya dibeda-bedakan untuk menghasilkan kualitas wine yang berbeda pula. Ibu Yoke Darmawan, Konsultan Media Sababay Winery, mendampingi kami melewati semua proses anggur yang dikreasikan pembuat anggur Nicolas Delacressioniere yang bergabung di tahun 2014. Kami juga diajari teknik mengenali anggur berkualitas baik oleh Yohan Handoyo, ahli anggur Sababay Winery yang merupakan salah satu sommelier yang paling dihormati di Asia.





Penulis: Zea Zabrizkie