News

Pertempuran Ksatria Mode Dewi

Friday, 27 Oct 2017

by Zea Zabrizkie

Sudah menjadi tradisi bahwa Jakarta Fashion Week (JFW) setiap tahunnya selalu ditutup dengan kemeriahan Dewi Fashion Knights (DFK), di mana lima perancang terkenal dipilih untuk memamerkan koleksi kompak berdasarkan tema. Tahun ini, DFK mendaulat TOTON, Rani Hatta, PEGGY HARTANTO, Major Minor Maha, dan Hian Tjen untuk berkarya di bawah gagasan "Modernisme".



Gagasan untuk mendaur ulang dan menawarkan solusi untuk kehidupan modern tanpa mengabaikan pakaian bernuansa urban adalah titik tumpu untuk koleksi terbaru Toton Januar. Dengan teknik mendekonstruksi dan merekonstruksi, tiap-tiap artikel tampak menyatu tanpa menyembunyikan sifat-sifat perca yang justru membuatnya tampak menarik seperti kostum ragdoll. Toton benar-benar menampilkan kemahiran tailoringnya dengan ketepatan pola dan teknik jahitan.



Rani Hatta, sementara itu, menggabungkan unsur modest wear yang diusungnya dengan elemen olahraga. Koleksi ini dominan dengan artikel mantel atau jaket tebal untuk pria dan wanita. Mengambil palet monokrom, aksen jahitan raksasa di bagian lengan baju atau bahu. Tidak ketinggalan, Rani juga memamerkan dua kue hasil kolaborasinya dengan The Harvest Cakes.



Salah satu nominasi International Woolmark Prize Asia Regional tahun ini, Peggy Hartanto menonjolkan bentuk-bentuk feminin dengan ciri khas geometris terstrukturnya. Deformasi lipit yang ditampilkan melalui berbagai kerut, sirip, dan kelepak, tanpa mengesampingkan  sosok dan sensualitas wanita.



Dengan hanya segelintir penampilan untuk menyampaikan keseluruhan pesan, Ari Seputra dan Inneke Margarethe dengan cerdik menggunakan konsep yang mudah dikenali dalam sekejap. Mereka mengolah kembali karya-karya terkenal Pablo Picasso dan Henri Matisse, yang banyak dianggap sebagai tokoh seni rupa modern, dan menerapkannya kembali sebagai motif-motif dan struktur detail pakaian. Para penggemar seni dapat menikmati The Blue Nude, The Fall of Icarus dan La Gerbe dalam gaun-gaun anggun yang mengalir.



Sementara itu, Hian Tjen mendobrak gagasan modernisme dengan membangkitkan kembali tren glitter dan futuristik khas tahun kebangkitan fiksi ilmiah melalui penggunaan manik-manik dan aksen akrilik. Pakaian yang dikenakan tampak ketat dan pas di badan, dengan beberapa dihiasi aksen cape untuk mempertegas gaya majestic yang ingin ditampilkan.




Penulis: Zea Zabrizkie