News

3 Tips Penting Membangun Brand Fashion yang Sustainable dari Para Juri Lomba Perancang Mode

Thursday, 7 Oct 2021

by JFW

Merancang dan membuat sebuah karya adalah satu hal, tetapi menggarapnya sebagai sebuah brand dan bisnis adalah persoalan yang sama sekali berbeda. Hari ini, ekosistem digital adalah salah satu medium andalan bagi para pelaku bisnis, mulai dari media sosial hingga ekosistem e-commerce

Beberapa tahun terakhir, aturan main bisnis di ekosistem digital mungkin sudah terasa begitu awam bagi sebagian orang. Namun, tidak untuk sebagian orang lainnya. Ada satu kesalahan yang sering dilakukan oleh brand atau desainer ketika hendak mencemplungkan diri ke ekosistem digital.

“Mereka tidak tahu pasarnya, tidak tahu audiensnya, sehingga mereka tidak punya public persona yang akan memengaruhi buying power audiens mereka,” jelas Athina Tokan, Senior Category Manager Women's Fashion Lazada Indonesia yang merupakan salah satu juri acara Lomba Perancang Mode (LPM) 2021.


Selain mengenali audiens, persoalan membangun brand dan bisnis yang berkelanjutan adalah tentang menemukan titik keseimbangannya dengan sisi kreatif dan identitas. Gabungan ketiganya akan menghasilkan karakter yang khas yang akan memperkuat posisi sebuah brand dan desainer dalam ekosistem yang semakin hari semakin ramai. 

Penciptaan sebuah brand selalu lebih dulu dimulai dari dalam diri desainernya. Setiap desainer pasti mempunyai referensi dan cara mengolah pengetahuan yang berbeda menjadi sebuah desain. 

Juri LPM yang lain selaku Representatif Istituto Marangoni untuk Indonesia, Lisa Malonda, mengatakan desainer muda pasti melihat tren dan mencari referensi desainer terdahulu. Meski demikian, “Seharusnya [mereka] mengolahnya menjadi konsep yang matang dan membentuk identitas masing-masing,” jelasnya.

Dalam proses ini, pengetahuan tentang audiens menjadi penting. Sehingga desain yang dibuat tidak hanya menarik dan unik, tetapi juga bisa menjawab kebutuhan audiens yang dituju. Untuk mewujudkannya, tentu saja craftsmanship menjadi krusial. Kemampuan teknik serta pengetahuan yang luas tentang material akan membuat seorang desainer dan brand-nya bisa menggali lebih dalam desain-desain baru yang membedakan mereka.

“Karakter desain, konsep kita harus berbeda. Memang ciri itu bisa mirip, it’s okay, tetapi memang harus tetap terus digali untuk membedakan kita dengan yang lain,” jelas Denny Wirawan, desainer, alumnus LPM, sekaligus salah satu juri LPM 2021.

Athina menjelaskan kesadaran akan audiens dan karakter brand itu sudah banyak muncul dari banyak peserta LPM 2021. “I did see something different, something very innovative. Beberapa juga sudah mengenal audiensnya dengan baik dan memahami bisnisnya secara menyeluruh,” katanya.

Nantikan karya para finalis LPM 2021 di rangkaian Jakarta Fashion Week 2022, segera!