News

Nurfathiyah Mualifah Qalbi, Pemenang APR Award Lomba Perancang Mode 2023: Semakin Percaya Diri setelah Jakarta Fashion Week 2024

Monday, 20 Nov 2023

by JFW

Pada sekuens Asia Pacific Rayon (APR) dalam show “Lomba Perancang Mode 2023: Authenticity” di Jakarta Fashion Week (JFW) 2024, tanggal 24 Oktober 2023 lalu, perhatian audiens fokus pada berbagai karya finalis Lomba Perancang Mode 2023. Sepertinya mereka sibuk memperkirakan karya mana yang akan keluar menjadi pemenang berdasarkan penampilan koleksi-koleksi mereka di sekuens sebelumnya.
 
Salah satunya adalah karya dari Nurfathiyah Mualifah Qalbi. Uniknya, koleksi Thiya—panggilan akrabnya—untuk LPM 2023 yang berjudul “In My Blooming Era” adalah koleksi penuh warna. Namun, koleksi busana untuk sekuens APR tersebut seluruhnya berwarna putih.
 
Meski demikian, audiens dapat langsung menebak looks tersebut ciptaannya Thiya karena memiliki detail ruffles dan siluet mengembang, mirip karyanya sebelumnya. Sederet busana khusus untuk APR tersebut menggunakan bahan rayon dari APR dengan detail rapi, cantik, namun tetap wearable. Tak salah rasanya jika Thiya pun dinobatkan sebagai Pemenang Asia Pacific Rayon Award pada LPM 2023.
 

Inspirasi Mekarnya Bunga

 “Senang banget! Saya sama sekali tidak menyangka bahwa saya akan menang karena karyafinalis yang lain juga bagus-bagus banget!” ungkap Thiya mengenai perasaannya menjadi Pemenang APR Award di LPM 2023.
 
Rasa ragu Thiya untuk menjadi salah satu pemenang APR Award LPM 2023 sempat muncul karena rancangan Thiya untuk APR tersebut menggunakan warna putih seluruhnya. Sebelumnya, Thiya merasa bahwa dia lebih “kuat” pada permainan warna-warna cerah. Oleh karena itu, koleksi yang ia kirimkan ke LPM 2023 kaya akan permainan warna.
(Koleksi “In My Blooming Era” dari Nurfathiyah Mualifah Qalbi untuk Lomba Perancang Mode 2023)
 
Koleksi “In My Blooming Era” yang membawa Thiya hingga ke panggung LPM 2023 di JFW 2024 bermakna perjalanan seseorang untuk mengenal diri sendiri melalui hobi dan berbagai potensi yang dimilikinya. Proses tersebut dapat  membawa seseorang menemukan jati diri dan lambat laun menjadi pribadi yang lebih baik serta penuh percaya diri. Perjalanan tersebut Thiya gambarkan seperti bunga yang sedang bertumbuh, yaitu mulanya menguncup karena mengalami jatuh bangun, lalu berkembang menjadi sebuah bunga yang indah dan bermanfaat untuk sekitarnya.
 
“Inspirasi tema koleksi datang ketika saya melihat fenomena orang-orang sekitar saya, yang berumur 16 – 20-an awal yang sering merasa belum menemukan jati diri dan insecure pada diri sendiri. Hal tersebut terjadi juga pada saya yang sempat merasa tidak percaya diri ketika masih di bangku SMP. Namun, setelah mulai menekuni bidang fashion, saya menemukan passion dan bisa terus mengembangkan diri,” jelas perempuan kelahiran 4 Oktober 2000 ini.
 
Konsep individu yang berkembang setelah menemukan jati diri digambarkan Thiya dengan penggunaan warna-warna cerah pada koleksinya, seperti fuschia, hijau, biru, dan oranye. Penggunaan detail ruffles dan bentuk busana bervolume menggambarkan bunga yang sedang mekar.
 
Thiya membubuhkan juga warna hitam pada koleksinya, termasuk detail benang hitam, sebagai gambaran kenangan pahit di masa lalu dan rasa insecure yang ada—bukan hanya insecurity di masa lalu, tapi juga saat ini karena perasaan tersebut datang dan pergi. Terdapat detail smock dan kerutan pada busana sebagai simbol seseorang saat mulai berkembang. Kondisi jatuh bangun dalam proses berkembang tersebut diperkuat dengan detail pita. 
(Lebih dekat dengan koleksi "In My Blooming Era")
 
“Melalui desain ini, saya ingin menyampaikan bahwa wajar saja kita merasa bingung ketika merasa belum menemukan jati diri. Namun, setelah menemukan jati diri, pasti kita akan berubah menjadi individu yang lebih baik. Untuk mencapai hal tersebut, pasti akan melalui proses yang membuat kita jatuh bangun. Nikmati prosesnya supaya kita bisa menjadi individu yang terus berkembang,” kata lulusan Universitas Negeri Jakarta ini.
 
Detail smock, ruffles, dan siluet busana yang mengembang tetap digunakan Thiya pada looks yang dibuat menggunakan bahan dari APR. Bedanya, busana untuk sesi APR Challenge tersebut seluruhnya berwarna putih. Padahal, mulanya Tiya ingin membuat printing pada bahan rayon yang disediakan APR tersebut. Namun, keterbatasan waktu pembuatan kala itu membuat Thiya mengurungkan rencananya.
 
“Biasanya saya menggunakan warna-warna cerah untuk koleksi yang saya bikin. Tapi, untuk APR, akhirnya saya putuskan membuat all white looks. Setelah melihat hasilnya, ternyata bagus dan saya suka,” ungkap Thiya.
 
Baca Juga: Mengenal 10 Finalis Lomba Perancang Mode 2023 dan Rancangannya


Warna Putih yang Memberi Kekuatan

Bukan hanya Thiya yang suka, para juri LPM, yang terdiri dari Sebastian Gunawan (Desainer Senior), Hian Tjen (Desainer dan Alumnus LPM 2007), Lisa Malonda (Founder Atlas Education dan Representatif Istituto Marangoni untuk Indonesia), Zoey Rasjid (Head of Marketing Communications Asia Pacific Rayon), Aldi Indrajaya (Managing Editor dan Fashion Director Dewi), juga menyukai desain Thiya untuk APR Challenge tersebut. Bahkan, menurut Thiya, sudah ada orang yang menawar dan menginginkan karyanya tersebut.

“Dari penggunaan warna putih, saya seperti menemukan ‘kekuatan’ baru dalam hal desain mode,” tambah Thiya. 
(Rancangan Nurfathiyah Mualifah Qalbi yang memenangkan APR Award di LPM 2023)
 
Bukan hanya warna, bahan yang digunakan Thiya untuk look APR juga berbeda. Untuk koleksi “In My Blooming Era” secara umum menggunakan bahan taffeta dan tulle, sedangkan look berwarna putih memakai bahan rayon. Meski demikian, Thiya puas juga pada bahan rayon karena look yang ia inginkan terpenuhi.
 
“Biasanya, saya menggunakan bahan yang kaku. Ketika memakai bahan rayon dari APR, saya sempat berpikir berapa banyak kain yang dibutuhkan untuk membuat volume tampilan busana yang saya inginkan. Thanks to APR yang telah membebaskan para finalis menggunakan kain sebanyak apa pun sesuai kebutuhan. Jadi, saya tidak perlu khawatir akan kekurangan bahan,” kata anak tunggal dari pasangan Harry Saptriono dan Dewi Hayu ini.
 
Hasilnya, meskipun bahannya lembut, tetap dapat membuat look yang Thiya inginkan sehingga ia merasa sangat puas.

“Bahan rayon dari APR ini sangat lembut dan nyaman ketika dipakai. Sangat cocok digunakan di Indonesia karena bahannya adem dan lembut di kulit,” alasan Thiya.  
(Nurfathiyah Mualifah Qalbi ketika diumumkan sebagai pemenang APR Award oleh Head of Marketing Communications Asia Pacific Rayon, Zoey Rasjid)

Bagi Thiya, kolaborasi dengan APR tidak hanya membantu para desainer mode untuk mengenal bahan yang lebih sustainable, tapi juga mengembangkan skills baru. Seperti pengalaman Thiya yang awalnya tidak pernah terlintas rencana menggunakan bahan yang ‘jatuh’, ternyata ketika dibuat, hasilnya sangat memuaskan.
 
“Ke depannya, saya ingin menggunakan bahan rayon dari APR lagi karena mau mengembangkan lini ready-to-wear. Saya merasa dengan menggunakan bahan yang nyaman dan lembut di kulit saat dipakai menjadi salah satu kunci supaya produk tersebut diminati konsumen,” sebut Thiya.
 
Baca Juga: Dukungan Kreativitas Berkelanjutan Asia Pacific Rayon dalam Lomba Perancang Mode 2023


Penjurian yang Meningkatkan Skills

Seperti inspirasi koleksi “In My Blooming Era”, Thiya mengaku dulu sempat tidak percaya diri untuk mengikuti LPM. Setelah meneguhkan hati untuk mengirimkan karyanya ke LPM 2023, ternyata ia menemukan banyak hal-hal baru.
 
“Selain menambah skills mengolah warna putih dan teknik-teknik menjahit baru, saya senang banget LPM membuat saya bertemu banyak teman-teman baru yang sama-sama passionate di bidang fashion. Kita sama-sama berjuang bareng, bisa ngobrol banyak tentang fashion, dan lainnya yang mungkin nggak bisa saya dapatkan di tempat lain,” kata Thiya.
 
Tidak kalah menyenangkan bagi Thiya adalah mendapat wawasan dan mentoring yang sangat berharga dari para juri dengan mengikuti LPM 2023. Dalam proses penjurian, Thiya mendapat banyak revisi, tapi ia jalani revisi dengan penuh semangat karena yakin hal tersebut adalah yang terbaik untuknya. 
 (Nurfathiyah Mualifah Qalbi dengan rancangannya untuk APR Award)

“Para juri banyak memberikan saya saran dan masukan yang membangun. Seperti, Sebastian Gunawan yang sangat memperhatikan detail sehingga dapat menunjukkan banyak hal kecil yang luput oleh saya. Atau, Hian Tjen yang menjelaskan dengan jelas bagian apa saja yang diubah sambil diberikan contoh. Para juri memberikan banyak hal baru untuk saya pelajari,” jelas Thiya.
 
Thiya melihat LPM mampu menyatukan semua orang passionate di bidang mode, terutama karena melihat karya para finalis lain yang bagus dan berkualitas. Bahkan, Thiya sempat merasa tidak percaya diri melihat karya-karya para finalis LPM tersebut.
 
Thiya sempat menjagokan Khanti Khamden Mabelle menjadi pemenang utama LPM 2023. Ia melihat koleksi Khanti berjudul “Bamileke’s” cukup kohesif dan  teknik yang Khanti gunakan untuk mewujudkan desainnya cukup rumit.
 
“Untuk APR Award, saya pikir yang akan menang adalah Eric Joe karena bentuk dress yang dia ciptakan benar-benar unik, yaitu menggunakan kerangka dress pada bagian luar dan mendetail pada properti bunganya,” tambah pengagum desainer Minju Kim ini.
 
Siapa sangka justru akhirnya Thiya yang maju ke atas panggung JFW 2024 sebagai salah satu pemenang LPM 2023.

“Pada akhirnya, saya sadar bahwa setiap orang memiliki keunikannya masing-masing. Rasa insecure yang sempat muncul saat LPM ini saya jadikan penyemangat untuk menjalani, melakukan revisi dari juri, dan improvisasi karya saya,” tanggapan Thiya.
 
Baca Juga: Sambut Calon Perancang Sukses: Inilah Para Pemenang Lomba Perancang Mode 2023


Tingkatkan Skills untuk Membangun Brand

Penghargaan APR Award dari LPM 2023 cukup meningkatkan rasa percaya diri Thiya. Sudah terpikirkan pada benaknya untuk mengembangkan jenama mode Thiya yang ia gunakan sewaktu tampil di panggung JFW 2024. Terutama saja, karena saat ini sudah ada beberapa orang yang berminat pada koleksi LPM 2023-nya tersebut.

(Model di backstage show LPM 2023 pada JFW 2024 bersiap menampilkan koleksi Thiya)

Sederet rencana sudah Thiya susun untuk mewujudkan cita-citanya tersebut. Dari mulai meningkatkan skills di bidang marketing dan bisnis, melanjutkan sekolah ke jenjang pascasarjana pada bidang manajemen bisnis, membuat konten tentang edukasi dan teknik fashion, serta mengembangkan karya-karyanya menggunakan bahan yang lebih bervariatif dari yang biasa ia gunakan.
 
“Semua berawal dari rasa percaya diri. Jika ada yang ingin berkarier di bidang fashion atau mengikuti LPM, pede dulu aja! Kita tidak akan tahu hasilnya kalau tidak pernah dicoba. Yang penting, niatkan dari awal jika sudah nyemplung atau ikut dalam dunia ini, harus kuat secara fisik dan mental, jangan mudah menyerah, dan give your best shot!” tutup Thiya. 

Simak terus info terkini seputar pagelaran Jakarta Fashion Week 2024 di situs ini dan JFW.TV, juga bisa klik saja media sosial resmi Jakarta Fashion Week berikut ini: Instagram, Facebook, TikTok, X, dan Pinterest(JFW)

 
Baca Juga:
44 Tahun Lomba Perancang Mode, Terus Memperkaya Industri Fashion Indonesia
“Everything Indonesia” dalam Mode Berkelanjutan Asia Pacific Rayon di Jakarta Fashion Week 2024

Warna-warni Bersahaja Aruna Creative, Bateeq, FREDERIKA, dan Ghea Resort by Amanda Janna bersama Asia Pacific Rayon
 
(Foto: Getty Images)