News

Mengejar Mimpi, Batik (Masih) Butuh Inovasi

Saturday, 26 Oct 2019

by Tim Peliput Jakarta Fashion Week 2020

Salah satu upaya agar industri mode Indonesia dapat merealisasikan impian dan cita-cita terbesarnya yaitu masuk ke dalam pasar fashion dunia adalah dengan memajukan inovasi dan pemasaran industri fashion dalam negeri. Namun tidak ada negara yang bisa memiliki daya saing yang tinggi dan kompetitif tanpa adanya dukungan dari pemerintahnya.


Oleh karena itu, untuk meningkatkan daya saing produk industri fashion di Indonesia Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DKI memiliki beberapa program untuk membangun daya saing industri fashion. Program ini berfokus pada pakaian dan perajin tradisional, mengingat keberadaan para perajin dari waktu ke waktu tidak banyak mengalami perubahan, baik dalam hal keterampilan, pengetahuan, maupun tingkat kesejahteraannya sehingga menghasilkan produk yang “itu-itu saja”.


Demikian disampaikan dalam talkshow “Peningkatan Daya Saing Produk Nasional (Fashion)” di Fashionlink Showroom & Market pada Jakarta Fashion Week (JFW) 2020 Senayan City, Jakarta, Sabtu (26/10).

Dikatakan oleh desainer Chossy Latu,
fashion tradisional Indonesia secara tidak langsung harus mengikuti tren masa kini. “Caranya dengan terus melalukan inovasi, perubahan material, proses, dan desain tanpa menghilangkan originalitas dari cerita di baliknya,” jelasnya.


Inovasi itulah yang terus dilakukan oleh Batik Chic dengan desain yang tak melulu formal tapi juga
trendy mengikuti zaman dan Alun-alun yang memaksimalkan bentuk visual serta menambahkan hiburan pada market-nya sehingga menarik pengunjung
untuk datang.  


Sementara perwakilan dari Dekranasda DKI menyebutkan bahwa pihaknya sudah memiliki program dengan menerapkan empat komponen penting dalam pemasaran industri
fashion, antara lain kompetensi SDM, teknologi, kekayan intelektual, dan tentu saja strategi pemasaran itu sendiri. 


(CHK)