
Merasa lebih mantap mendesain tas, sarjana ekonomi asal Malang ini memutuskan terjun ke dunia fashion lewat brand Heniestu. Untuk mengasah kemampuan, Suheni mengikuti berbagai kompetisi, salah satunya LPA 2012. Kerja kerasnya pun berbuah manis.
Produk terbatas
âSusah mendapatkan model tas yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, saya pun mencoba mendesain tas sejak empat tahun lalu. Saat itu desainer tas sangat sedikit sehingga peluang untuk mendesain tas berbahan kulit terbuka lebar. Meski begitu, saya tetap membantu bisnis keluarga dalam bidang retail bahan bangunan.
âAgar kualitas produk tetap oke, saya menggunakan kulit asli, kanvas, dan bordir. Bahan ini tahan lama dan timeless. Saya batasi modelnya agar pelanggan merasa pesanannya eksklusif. Pelanggan pun boleh meminta tasnya tidak diproduksi ulang atau memesan dengan ciri khas tertentu. Kepuasaan pelanggan membuat produk saya makin dikenal.
âPelanggan nggak hanya dari dalam negeri. Beberapa kali saya mendapat pesanan yang datang dari luar negeri. Saya memang belum bisa terlalu banyak mengerjakan pesanan karena semuanya dikerjakan sendiri sekaligus untuk menjaga kualitas.â
Menantang diri sendiri
âJika produk ingin dikenal, nggak bisa, tuh, hanya mengandalkan jualan online. Saya beberapa kali mengikuti bazar dan kompetisi desain, di antaranya lomba desain busana hingga memenangkan LPA 2012 untuk kategori tas.
âSelain membuat produk saya lebih dikenal, kompetisi desain menghasilkan banyak masukan dan kritik yang membuat desain saya makin berkembang. Pelanggan pun terus bertambah.
âDemi menambah ilmu di dunia fashion, saya mantap melanjutkan sekolah desain di Bunka School of Fashion. Kini jenis produk saya bertambah dengan adanya jaket, belt, sepatu, dan aksesori lain. Saya berharap bisa segera mengekspor beberapa produk ke luar negeri.â