News

Merunut Pertempuran Mode Dewi Fashion Knights (Bagian 1)

Saturday, 28 Jul 2018

by Zea Zabrizkie

Menjadikan Dewi Fashion Knights sebuah perayaan yang bertahan lebih dari semalam dan memiliki peran aktif dalam menggerakkan kedinamisan dunia mode tanah air. Dimulai dari 2008, tak sedikit nama maestro yang telah memamerkan koleksinya di panggung ini.

Dewi Fashion Knights adalah sebuah perayaan dan salah satu bentuk dukungan Majalah Dewi terhadap industri mode Indonesia. Sejak awal, Dewi Fashion Knights tak hanya bertujuan merayakan para talenta mode lokal yang telah membuktikan eksistensinya, namun Majalah Dewi yang telah berpengalaman lebih dari dua dekade turut memberikan kesempatan bagi generasi muda berbakat untuk membuktikan diri.

2008 - TODAY AND TOMORROW

Tahun 2008 jadi momentum pertama gelaran Dewi Fashion Knights yang dihiasi nama sepuluh desainer yang bisa dibilang telah menjadi legenda tersendiri untuk dunia fesyen tanah air. Sebastian Gunawan dengan koleksinya Beyond The Line jadi aksi yang membuka gelaran Dewi Fashion Knights 2008. Seba - sapaan akrabnya, menuangkan romantismenya lewat lipit-lipit cantik dan lambaian bahan chiffon berwarna peach dengan aksen renda cantik. Teknik tumpuk diterapkan pada beberapa koleksi yang membuat busana terasa bervolume namun tetap terlihat ramping. Koleksi ini ditimpali Priyo Oktaviano yang tampil dengan warna nan menggebrak. Songket Bali dan batik Jawa ia lebur menjadi pakaian gaya Harajuku yang sangat ekspresif dan nyaris tak punya pakem dalam Bali van Java in Harajuku.

Sesuai judul koleksinya, In Nomad Vibe, kaum bohemian yang hidup berpindah jadi inspirasi rancangan Deden Siswanto. Nuansa warna alam terpercik pada jubah, gaun-gaun asimetris dan celana panjang yang yang dibalut warna-warna kalem. Sementara baju-baju ringan melambai dengan palet warna yang cerah jadi terjemah dari tema yang dipilih Denny Wirawan dalam koleksinya, Naturalistic Poetry. Paduan batik, tenun, animal print, bebatuan menghadirkan kesan natural pada jaket tenun berlapis batik, setelan jas dan celana jockey, terusan satu potong atau bolero yang ditampilkan.

Beragam motif smock - ular naga, air, tapal kuda, kepang dan tikar - diterapkan secara harmonis pada karya Barli Asmara malam itu. Karena mengusung teknik yang rumit, tampaknya ia sengaja memilih warna abu-abu yang sederhana dalam berbagai gradasi agar teknik itu tak tenggelam dalam warna yang bisa jadi malah lebih menarik perhatian. Sebaliknya, Ali Charisma bermain dengan warna-warna pekat seperti hijau pupus dan hitam dengan warna emas sebagai aksentuasi. Bulu-bulu dan kulit menambah kesan macho yang juga diwakili oleh penerapan logam sebagai detail busana. Percikan warna turquoise yang sesekali muncul memberi nuansa yang lebih segar dalam koleksi bertajuk The Power of Love itu.

Garis rancangan Carmanita yang sangat khas seperti kulot balon, celana harem, blus balon dan baby doll hadir dalam pilihan warna-warna alam seperti coklat, hijau, kuning dan ungu, dilengkapi tas-tas batik yang cantik untuk koleksinya yang diberi judul Des-Construction ini. Keindahan warna dan corak kupu-kupu tropis menginspirasi Stephanus Hamy mendesain baju-baju cantik dalam koleksinya Metamorfosa, kalung dan ikat pinggang renda melengkapi busana. Mengusung ragam rok dan blus overslag, kulot, jodhpur dan kain yang didominasi tenun ikat berwarna tanah seperti coklat, krem dan jingga. 

Oscar Lawalata menerjemahkan ragam batik dan tenun tie dye dengan detail draperi, lipit dan lilit. Warna-warna cerah seperti jingga, merah muda, kuning dan turqouise ia padankan sebagai corak di atas putih. Baju bodo tampak memberi inspirasi bagi Oscar yang mengadaptasinya untuk blus-blus yang ia tampilkan dalam koleksi Pop Culture. Sementara itu, Sally Koeswanto menampilkan balutan busana seksi dalam peragaan bertema Timeless Beauty, masih didominasi hitam dengan bahan kulit dengan aksen bulu, detail gesper, teknik  pilin dan temali korset yang khas Sally. Tube dress, gaun A Line dan celana ketat juga rok-rok pendek berteman stocking transparan menajamkan makna seksi dalam busana Sally malam itu. 


2009 - THE SOUL OF MODERNISM

Hasil kurasi tahun 2009 membawa kembali nama-nama yang telah hadir di panggung tahun lalu, yaitu Sally Koeswanto, Deden Siswanto, Denny Wirawan, dan Oscar Lawalata. Mengusung tema yang mengulik kehidupan urban nan modern, hadir pula dua nama baru, yaitu Lenny Agustin dan Oka Diputra, yang sebenarnya memang bukan pemain baru di dunia mode. 

Oka Diputra memamerkan koleksinya yang dinamai La Fille de Sous-Marine (Underwater Girl), terinspirasi dari hewan-hewan laut untuk meneriakkan kepedulian terhadap lautan. Tekstur jadi highlight koleksi ini melalui permainan lipit dan kerut yang berstruktur, mirip terumbu karang. Gaun hijau lumut yang tampak sederhana pun menggunakan materi beludru untuk sensasi pada indera peraba. Tema yang sama diambil oleh Ali Charisma, yang menangkap pesona lautan melalui liukan chiffon biru bertekstur dipadu aksen garis hitam dan corak yang mengingatkan kita akan ombak. 

Warna biru sebagai latar juga dimanfaatkan Oscar Lawalatta dalam koleksinya, Beautiful Structure. Baju futuristik yang elegan dengan desain berpotongan lugu namun dekonstruktif ini mengangkat warna-warna netral membumi dengan karakter feminin. Palet yang sama, seperti krem, taupe, dan putih juga menjadi pilihan Sally Koeswanto. Desain feminin ini dihiasi ruffles, fringes, dan bulu-bulu yang memberikan efek pop di atas siluet feminin nan sederhana. Kesederhanaan dalam pemilihan warna juga diterapkan oleh Barli Asmara.  Desainer ini menampilkan kolaborasi hitam-putih dengan sentuhan draperi arsitektural.

Denny Wirawan memainkan proporsi lengan gelembung, kerah lebar dan rok balon yang memberikan sentuhan dramatis pada koleksi yang terinspirasi equestrian. Sedangkan Deden Siswanto memberi preposisi bahwa cantik tetap bisa tampil tangguh dengan struktur yang tegas dan corak yang berani. Keberanian dalam membangun siluet dan warna juga nyata terpampang di Imaginary Friend karya Lenny Agustin. Rok balon dan topi bulat berpadu dengan siluet boneka Asia dalam balutan lengan balon, rok tulip, rok balon, serta celana jodhphur dari beragam bahan seperti tenun Sulawesi Tenggara dan Ambon. Ini merupakan sebuah bentuk konsistensi terhadap pemuatan nilai budaya dalam karya-karyanya.


Baca selengkapnya di situs Majalah Dewi.