News

Geliat Sustainable Fashion di Indonesia

Sunday, 16 Oct 2022

by Lela Latifa

Menjelang gelaran Jakarta Fashion Week 2023 pada 24-30 Oktober 2022, mari kita bicara tentang sustainable fashion. Ini adalah konsep yang dipilih oleh sebagian perancang mode dan telah menjadi bagian dalam penyelenggaraan JFW.

Seberapa sering Anda membeli pakaian? Kalau sudah bosan karena tak lagi jadi tren, usang, atau tak lagi muat, akan dikemanakan pakaian-pakaian tersebut? Pernahkah terpikir ke mana larinya pakaian-pakaian yang sempat mengisi lemari kita itu?
 
Ternyata, dari miliaran pakaian yang diproduksi oleh industri fashion setiap tahun, 80% di antaranya berakhir di tempat pembuangan sampah atau laut. Mengutip dari Waste 4 Change,, aktivis Zero Waste Indonesia, Syarifa Yurizdiana menyebut bahwa sampah tekstil global mencapai 92 ton per tahunnya. Sementara, di Indonesia sendiri berdasarkan riset yang dilakukan oleh YouGov , 66% masyarakat dewasanya membuang sedikitnya satu pakaian mereka. Sekira 25% di antaranya membuang lebih dari 10 pakaian mereka dalam setahun.
 
Masalah Utama Fast Fashion
Tak hanya soal sampah tekstil setelah pakai, masalah pada proses produksinya pun tak luput dari isu yang sama. Produk fast fashion yang terbuat dari bahan berbasis minyak bumi seperti poliester, akrilik, dan nilon membutuhkan lebih banyak energi dalam fase produksi daripada serat alami atau serat daur ulang. 
 
Masih dari laman yang sama, industri fashion ternyata menyumbang gas emisi dan polusi air terbesar kedua setelah industri minyak. Bahkan, tercatat sekitar seribu pabrik garmen membuang berbagai bahan kimia beracun dari hasil produksinya ke Sungai Citarum.
 
Cepatnya perubahan tren diimbangi oleh industri fast fashion dalam produksi masalnya. Itulah mengapa kita bisa dengan mudah menjumpai beragam pakaian up to date dengan harga lebih terjangkau. Harga produk fast fashion berangkat dari bahan baku serta upah tenaga kerja yang lebih rendah.
 
(Foto: Koleksi Sejauh Mata Memandang dalam JFW 2022)


Batik Ayamnya Cinta
Di Indonesia sendiri, jenama-jenama lokal yang mempraktikkan sustainable fashion terus bermunculanSalah satu pelopor sustainable fashion yang populer adalah Sejauh Mata Memandang yang sering dikenal dengan ‘Batik Ayamnya Cinta’. Motif batik ayam dalam karya-karya Chitra Subiyakto, pendiri Sejauh Mata Memandang, menjadi kian populer setelah dikenakan Dian Sastrowardoyo dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2.
 
Sustainable fashion memiliki pemahaman dan praktik yang berbeda dengan fast fashion secara fundamental. Sustainable fashion berupaya meminimalisasi kerugian bagi lingkungan dan kemanusiaan. Oleh karenanya, mulai dari pemilihan bahan baku hingga proses produksi, mereka memikirkan prinsip yang berkelanjutan.
 
Produsen sustainable fashion memilih bahan alami yang memiliki kemampuan terurai secara hayati atau biodegradable. Tak hanya itu, dari segi perancangan juga mereka mengupayakan agar tidak banyak potongan kain yang terbuang. Sehingga, jejak mereka di bumi lebih minim. 
 
Sejauh Mata Memandang yang juga akan menampilkan koleksinya pada JFW 2023 di Pondok Indah Mall 3 pada 24-30 Oktober 2022 ini menggunakan bahan baku limbah tekstil daur ulang. Tak hanya itu, di tengah produsen lain mengeluarkan empat koleksi pakaian dalam setahun atau setiap musim (spring, summer, autumn, winter), Sejauh Mata Memandang tak mau ikut-ikutan. Dengan mengusung slow fashion, ia hanya meluncurkan koleksi baru sebanyak dua kali dalam setahun. 
 
Selain Sejauh Mata Memandang, ada pula Cottonink yang juga akan turut serta dalam JFW 2023. Cottonink bekerja sama dengan perusahaan yang memproduksi serat kain berbahan ramah lingkungan dalam memperoleh bahan baku.

(Foto: Koleksi Cottonink dalam JFW 2021)
 
Jenama lain yang mengusung keberlanjutan dalam produknya dan pernah mengisi show di JFW sebelumnya adalah Sare Studio, homewear brand yang bekerja sama dengan produsen serat asal Austria, LENZINGTM untuk mendapatkan material. Sare juga memperoleh sertifikasi EU Ecolabel sebagai brand yang memenuhi standar lingkungan. 


(Foto: Show Sare di JFW) 

Salah satu prinsip sustainable fashion adalah memberikan dampak baik bagi masyarakat. Hal ini tercermin dari pilihan Sejauh Mata Memandang dalam pemrosesan tekstil daur ulang menjadi benang yang dilakukan di Gresik, Jawa Timur. Benang tersebut kemudian ditenun secara ramah lingkungan dengan melibatkan komunitas masyarakat di Pandaan, Jawa Timur.


(Foto: Show Pijak Bumi di JFW)

Pasar Sustainable Fashion dan Celahnya
Sebetulnya, industri sustainable fashion semakin kaya dan beragam. Hal ini terbukti dari lebih banyaknya fashion items yang diproduksi selain pakaian, mulai dari tas, dompet, jam tangan, bahkan alas kaki, seperti jenama Pijak Bumi. 
 
Tak hanya itu, pihak penyedia materialnya pun sudah tumbuh, yang memproduksi bahan ramah lingkungan dengan mengonversi bermacam sumber organik dan mengolah limbah
 
Akan tetapi, salah satu hal yang masih menjadi hambatan bagi pasar sustainable fashion adalah daya beli masyarakat. Harga sustainable fashion menjadi lebih tinggi bila dibandingkan dengan fast fashion. Namun, hal tersebut juga malah menghadirkan niche marketing baru bagi jenama yang tidak memfokuskan diri pada proses produksi mulai dari nol. 
 
Mereka menerapkan konsep ‘reuse, repair, recycle’ yang masih menjadi nyawa sustainable fashion. Jadi, mereka tidak memproduksi sesuatu mulai dari bahan baku benang, melainkan mengolah pakaian yang sudah ada untuk didesain sehingga dapat digunakan kembali.
 
Jakarta Fashion Week 2023 kembali menghadirkan perancang mode dan jenama yang konsisten mengusung sustainable fashion. Selain Sejauh Mata Memandang, tren sustainable fashion akan dipersembahkan oleh Wilsen Willim, Dekranasda Nusa Tenggara Timur dengan kain-kain ikatnya yang menawan.
 
Nantikan terus info terkini seputar pergelaran Jakarta Fashion Week 2023 di situs ini dan JFW.TV, juga bisa klik saja media sosial resmi Jakarta Fashion Week berikut ini:  InstagramFacebookTikTokTwitter, dan Pinterest. (JFW)
   
Baca juga:
Ratusan Perancang Mode Nasional dan Luar Negeri Akan Meriahkan Jakarta Fashion Week 2023
Jakarta Fashion Week 2023 Siap Digelar Secara Offline dan Online
Temukan Label-Label Ready to Wear Favorit dan Aksesori Terkini di Fashionlink JFW 2023
Dewi’s Luxe Market Tawarkan Pengalaman Berbeda Belanja Produk Fashion Premium
Jakarta Fashion Week 2023 Dengungkan Kampanye ‘Fashion Reformation’

Foto: Dok. JFW