News

Mengenal 10 Finalis Lomba Perancang Mode 2023 dan Rancangannya

Saturday, 21 Oct 2023

by JFW

Lomba Perancang Mode (LPM) 2023 memasuki babak final. Pada putaran ini, para 10 finalis terpilih akan merealisasikan lima looks dari sketsa rancangan mereka, tepatnya di runway Jakarta Fashion Week 2024 sebagai presentasi akhir.

Menerjemahkan Authenticity

Tahun ini, LPM hadir dengan tema Authenticity sebagai upaya mengeluarkan energi kreatif para desainer muda dengan menyediakan platform khusus untuk mengekspresikan keaslian dan DNA desain yang kuat. Para peserta diharapkan menggali lebih jauh tafsiran gaya yang orisinil dan merancang pakaian yang mencerminkan diri mereka sebernanya.
 
Para juri kemudian akan menilai rancangan yang mampu mengeksplorasi perspektif baru, eksperimen dengan material, teknik, serta siluet yang tidak konvensional. Para juri yang siap menilai mereka, adalah:
 
Sebastian Gunawan (desainer senior), Hian Tjen (alumnus LPM 2007), Lisa Malonda (representatif Istituto Marangoni & Academy untuk Indonesia), Zoey Rasjid (Head of Marketing Communications Asia Pacific Rayon), dan Aldi Indrajaya (Fashion Editor Dewi)
 
Sejumlah hadiah bernilai puluhan juta rupiah telah menanti para pemenang LPM 2023. Pemenang pertama akan mendapat kesempatan untuk memperdalam ilmu fashion di Istituto Marangoni, Milan, Italia melalui Domus Desain Academy, serta hadiah uang tunai lainnya. Tak hanya itu saja, dewan juri juga akan memilih pemenang APR Awards yang diberikan kepada finalis yang sukses berkreasi dan melalukan inovasi pada rancangannya menggunakan materi viscose-rayon.

Baca Juga: Denny Wirawan, Jeffry Tan, dan Lulu Lutfi Labibi Akui Lomba Perancang Mode Bukan Kompetisi Sembarangan


10 Finalis Lomba Perancang Mode 2023 dan Karyanya

Pemenang LPM 2023 akan diumumkan pada show Lomba Perancang Mode 2023 – Authenticity, hari Selasa, 24 Oktober, pukul 15.00 – 16.00 WIB. Bagaimana para finalis LPM 2023 menerjemahkan tema Authenticity dalam rancangannya? Berikut para finalis dan karya mereka yang dipersembahkan untuk LPM 2023.


Caroline Devina (17, Jakarta)

Judul koleksi: Why Am I Still Feel Lonely?


Rasa kesepian karena pandemi COVID-19 memberinya sebuah emosi rumit yang kemudian dituangkannya dalam desain bernuansa monokrom. Lewat rancangan tersebut, Caroline ingin menunjukkan dan merayakan perjalanan yang telah membentuknya menjadi dirinya saat ini.
 
Tidak hanya secara keseluruhan, setiap detail dari setiap garis rancangannya memiliki makna tersendiri. Tali-tali yang menggantung dan terikat menyimbolkan rasa terkurung dan terjebak. Detail kain yang membentuk siluet tangan merepresentasikan perasaan kesepian. Sedangkan material kain yang menutupi wajah menjadi simbol dari pribadi yang tertutup.


Eric Joe (23, Jakarta)

Judul koleksi: Everything All at Once
Bagi Eric, kota kelahiran merupakan salah satu wujud identitas atau jati diri. Oleh karena itu, kota Singkawang sebagai tempat kelahiran sang desainer adalah inspirasi dari rancangan minimalis kontemporer ini.
 
Kota yang disebut juga sebagai “Kota Seribu Kelenteng” ini kaya akan budaya warisan leluhur Tionghoa. Eric menuangkan ide dan kreatifitasnya dalam  rancangan-rancangan yang elegan untuk wanita modern.
 

Faith Kendra (19, Jakarta)

Judul koleksi: Conceal, Don’t Feel
Sebuah karya seni bernuansa Kristen dari abad VI – VII dilihat Kendra sebagai gambaran bagaimana manusia berinteraksi di dunia ini. Sering kali, supaya mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar, seseorang harus menyimpan sendiri apa yang dia pikirkan atau rasakan.
 
Melalui rancangannnya, Kendra mengajak khalayak lebih berani berekspresi dan mengungkapkan otensitas diri. Modifikasi teknik “pattern magic” ala Jepang menjadi cara untuk menciptakan siluet yang menggambarkan koleksinya.
 

Fellyza Sanjaya (28, Bandung)

Judul koleksi: A Dialogue of Art
Menurut Fellyza, sapuan kuas pada dinding mampu membantu seseorang menemukan kebijakan batin, menghadapi tekanan, juga membawa kebahagiaan sekaligus kedamaian dalam diri masing-masing. Pengalaman tersebut menghasilkan rancangan yang didominasi warna hitam dan putih sebagai representasi perjalanan hidup manusia.

Detail bunga melati dipilih guna meningkatkan mood, mempercepat penyembuhan, mengurangi kecemasan, dan membawa energi positif untuk pemakainya. Penggunaan weighted fabric digunakan sebagai metafora pelukan untuk memberikan perasaan tenang dan hangat.
 

Khanti Kamdem Mabelle (23, Jakarta)

Judul koleksi: Bamileke’s
Bamileke merupakan salah satu suku di Kamerun, Afrika. Keindahannya telah menginspirasi sang desainer saat mendesain setiap koleksi busananya. Tak hanya itu saja, ternyata Khanti pun memiliki garis keturunan Bamileke. Melalui rancangan ini, ia ingin merayakan salah satu identitas asalnya.
 
Siluet yang ketat, volume rancangan yang oversized, hingga berbagai corak yang khas merupakan gambaran pakaian tradisional Bamileke. Tarian, alat musik tradisonal, furniture, dan dongeng asli khas suku tersebut tergambar pada detail dan pilihan material rancangannya.

Baca Juga: In Retrospect: Perjalanan Mengasuh Talenta Muda dalam Lomba Perancang Mode
 

Lutfinana Rusda (32, Jakarta)

Judul koleksi: Jati Diri
Garis tangan manusia yang dapat berubah sesuai pilihan untuk menjalani hidup yang pada akhirnya dapat membentuk jati diri seseorang. Aktivitas manusia pun tergambar dari pemilihan materi denim yang diolah dengan teknik denim washing sehingga menimbulkan warna dan motif baru campuran hitam, abu-abu, dan putih.
 
Kancing tersembunyi di setiap rancangan bukan hanya untuk detail, tapi berguna untuk membentuk siluet baru yang multifungsi dan multigaya. Inilah simbol bahwa berbagai pilihan hidup dapat membentuk jati diri seseorang yang perlu diterima karena setiap perjalanan memiliki keunikan dan keindahannya tersendiri.
 

NP Nyoman Ayu Trina Damayanti (26, Bali)

Judul koleksi: Paus Pemimpi
Kegelisahan seorang introvert untuk keluar dari ketidaknyamanannya diterjemahkan Nyoman dalam rancangan yang menceritakan seekor paus pemimpi yang ingin menggapai bintang dan terbang ke langit.
 
Untuk menggambarkan gelombang seperti ombak laut, Nyoman sengaja memilih teknik drapery. Penggambaran gelembung air ketika paus berenang diperoleh dengan motif kerrawang yang cantik. Sedangkan detail  handstitching berguna untuk memberikan detail-detail kecil yang menggambarkan bintang-bintang di langit.

Lalu, bagaimana cara Nyoman menerjemahkan seekor paus dalam rancangannya? Ia menggunakan tekstur kain pleats yang dibentuk sedemikian rupa. Efek melambai pada kain bernuansa putih mencerminkan langit dan awan, sedangkan  benang-benang emas pada busananya menggambarkan peri cantik yang menemani sang paus. Tak ayal, Anda bagaikan membaca sebuah dongen saat melihat koleksinya.

Nurfathiyah Maulifah Qalbi (22, Bekasi)

Judul koleksi: In My Blooming Era
Proses mencari jati diri ketika memasuki usia dewasa muda, dari tidak tahu apa yang diinginkan hingga memahami passion untuk ditekuni, dituangkan dalam kombinasi warna dan teknik pembuatan busana perempuan ini.
 
Sentuhan warna hitam menggambarkan rasa insecurity yang pernah ada. Detail smock, kerutan, dan pita menjadi simbol dari proses berkembang seorang individu, termasuk jatuh bangun yang dilaluinya. Berbagai nuansa cerah —fucshia, hijau, biru, oranye—dan detail ruffles serta volume yang memikat melambangkan proses pendewasaan seseorang. 

Nurul Septi Dina (21, Jakarta)

Judul koleksi: From the Past
Detail dan potongan busana khas tahun 90-an hingga 2000-an dapat menjadi rancangan kekinian dengan penambahan karakter desain pribadi sang perancang seperti permainan pola busana bervolume dan kesan unfinished yang kental. 
 
Sebagai bentuk dukungannya terhadap sustainability fashion, ia pun mengupayakan untuk meminimalisasi sisa atau limbah kain serta penggunaan bahan denim yang di-upcycle menjadi produk fashion baru.
 

Siska Ambarwati (24, Trenggalek)

Judul koleksi: Turonggo Yakso
Lewat rancangannya, ia ingin menunjukkan kekayaan budaya daerah asalnya, Trenggalek. Turonggo Yakso adalah tarian yang menggambarkan makhluk dengan wajah menyeramkan, tapi pada dasarnya bersifat baik.
 
Perpaduan bahan lurik, denim, dan leather pada koleksi busananya membantu memberikan kesan modern tanpa meninggalkan tradisi atau budaya asal. Hal ini diperkuat dengan detail potongan yang unik, yang menjadikannya menjadi lebih modern. 
 
Nantikan finalis LPM 2023 dan koleksinya di Jakarta Fashion Week 2024. Untuk jadwal dan info terkini dari Jakarta Fashion Week 2024, simak di situs ini, JFW.TV, serta media sosial resmi JFW, yaitu Instagram, Facebook, TikTok, X, dan Pinterest. (JFW)

Baca Juga:
44 Tahun Lomba Perancang Mode, Terus Memperkaya Industri Fashion Indonesia
9 Tip Menjadi Fashionpreneur dari Para Pendiri Fashion Brand
Selebrasi Mode Lintas Generasi melalui Jakarta Fashion Week 2024


(Foto: Dok. Lomba Perancang Mode/Jakarta Fashion Week)