News

Kecantikan Wol di Tangan Rahul Mishra

Sunday, 25 Oct 2015

by JFW

Mendengar kata wol, kesan yang kerap terlintas di pikiran adalah panas, gerah dan kuno. Namun begitu Anda melihat gaun, blazer, blus hingga rok berbahan wol rancangan Rahul Mishra, pemenang International Woolmark Prize 2014, pada show pembuka Jakarta Fashion Week 2016, Sabtu, 24 Oktober 2015, kesan itu pun sirna sudah. Pakaian-pakaian yang didominasi oleh warna putih dan hitam yang ditampilkan dalam show itu menyiratkan keanggunan. Di tubuh model, rok dan gaun melambai kala diterpa entakan kaki sepanjang runway. Sweater berbordir rumah dan kincir angin pun terlihat ringan dipakai.
 
Dari sebuah desa bernama Gurrundah, yang
merupakan penghasil wol di Sydney, Australia, Rahul mengambil inspirasi koleksinya yang dinamai The Village tersebut. Ia menyadari betapa penting keberadaan sebuah desa yang mandiri. Di desa itu ada kincir angin untuk menghasilkan energi yang bersih. Air pun diproduksi sendiri. Semua itu membuat Rahul terkesan, termasuk dengan udaranya yang bersih. Burung-burung pipit berkicauan dan terbang dengan bebas. Seperti halnya desa-desa lain di dunia, Gurrundah berjuang mempertahankan keseimbangan alam. Selalu akan ada pertempuran antaramodernisme yang tidak terbendung dengan tradisionalisme yang coba dipegang teguh.
 


Wol yang dipakai oleh Rahul dalam koleksinya memang diproduksi di Australia. Namun, seluruh proses produksi koleksi Rahul dilakukan di India, karena ia ingin memberdayakan masyarakat desa yang ada di negara itu, agar bisa mandiri secara finansial. Sebanyak sepuluh desa dibina sehingga mampu memproduksi koleksi pakaian bermutu internasional. Semua dibuat dengan tangan, mulai dari merajut, membordir dan menjahit. Seribu masyarakat India dilibatkan dalam penciptaan karyanya, yang telah melanglang buana ke dunia Internasional, seperti Jepang, China, Eropa, Australia, Amerika Serikat dan Kanada.
 
Satu kepercayaan yang dipegang teguh oleh Rahul, fashion adalah bahasa yang universal. Fashion tak terhalang oleh bahasa dan etnis. Ia pun ingin membawa serta India maju ke kancah internasional bersama dirinya. “Saya memiliki ide untuk menciptakan lapangan kerja baru yang membantu orang-orang di desa mereka sendiri. Saya lebih memilih menyodorkan pekerjaan kepada mereka, daripada menghubungi mereka untuk bekerja kepada saya. Jika desa itu bertambah kuat, maka negara juga akan bertambah kuat, bangsa juga akan bertambah kuat,” ungkapnya dalam media gathering yang digelar Minggu siang.
 
Bagi Rahul, bahan wol amat istimewa. Ia berbeda dari bahan-bahan lain, seperti sutra dan dan katun, yang dalam pembuatannya mengorbankan kesejahteraan hewan. Dalam pembuatan wol, tak ada domba yang tersakiti saat proses pengambilannya. Sifat bahan wol juga sangat ramah lingkungan dan melestarikan ekosistem. Melalui kompetisi International Woolmark Prize, pihak The Woolmark Company mencoba mengubah persepsi banyak orang yang kerap memandang wol sebelah mata. Dan di tangan desainer berbakat, seperti Rahul Mishra, bahan wol memang bisa tampil elegan, anggun, sekaligus nyaman dipakai di segala cuaca, bahkan di negara tropis sekalipun, seperti Indonesia.
 
Penulis: Aprilia Ramadhani